REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Setelah memenangi Pemilihan Presiden (Pilpres) Iran, Hasan Rowhani segera melakukan konsolidasi dengan berbagai kalangan di negeri itu. Salah satunya, ia menemui pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei.
Dalam pertemuan yang digelar di Teheran, Ahad (16/6) malam itu, Rowhani banyak menerima arahan dalam hal memimpin dari Khamanei. Seperti dilaporkan kantor berita Iran, IRNA, Rowhani juga melakukan perundingan dengan Khamenei. Hanya saja, tidak dijelaskan apa isi perundingan itu.
Pada kesempatan itu, Khamenei juga menyatakan harapannya yang besar kepada Rowhani dalam posisinya sebagai Presiden Iran. Sebelumnya, pria berusia 65 tahun ini pernah menjadi juru runding nuklir Iran dan Presiden Pusat Penelitian Strategis Iran. Ia juga menjadi anggota majelis ahli dan dewan kemanfaatan Iran. Rowhani secara resmi akan menjadi presiden pada 3 Agustus setelah diambil sumpahnya dan menerima surat pertanggungjawaban dari Khamenei.
Parlemen Iran yang beranggotakan 290 anggota juga telah menyatakan siap bekerja sama dengan Rowhani. Dalam sebuah pernyataan resmi, parlemen menekankan keyakinannya bahwa presiden baru ini akan membuka babak baru sejarah Iran. Di bawah pimpinan Rowhani, parlemen yakin Iran akan bergerak ke arah yang lebih baik melalui optimisme dan kepercayaan masyarakat. Parlemen juga siap membantu presiden dengan sepenuh tenaga untuk mencapai tujuan nasional.
Tampilnya Rowhani sebagai pemimpin baru Iran juga mendorong semangat dan harapan baru warga dunia. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, misalnya, menyambut hangat kemenangan Rowhani. Ia berharap sosok yang mengambil bagian dalam demonstrasi besar pada 2009 yang disebut Gerakan Hijau ini mampu menyejahterakan rakyat Iran di masa depan.
Selain itu, Menteri Luar Negeri AS John Kerry memuji rakyat Iran yang mau berjuang menyelamatkan masa depan negara mereka. Hal ini, menurut Kerry, terlihat dari janji kampanye Rowhani yang akan memperluas kebebasan bagi warganya.
Dalam beberapa bulan ke depan, Kerry melanjutkan, Rowhani berkesempatan untuk menepati janji itu, di antaranya dalam menjalin hubungan yang lebih erat dengan masyarakat internasional. “Kami bersama dengan negara lain siap menjalin kerja sama dengan Pemerintah Iran,” ujarnya.
Harapan juga disampaikan Kepala Staf Presiden Barack Obama Denis McDonough. Seperti dikutip New York Times, ia menyatakan, optimisme Presiden dan rakyat AS tumbuh bersamaan dengan kemenangan Rowhani.
Menurut McDonough, kemenangan Rowhani merupakan pertanda baik dalam perundingan nuklir. “Ia (Rowhani) bisa menjadi mitra terbaik dalam menyelesaikan masalah nuklir Iran,” kata McDonough.
Tak akan berubah
Di tengah membuncahnya harapan dari dunia internasional, Iran justru menunjukkan sinyal berbeda. Sinyal itu dimunculkan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Araqchi dengan mengatakan bahwa sikap Iran tak akan ditentukan oleh kekuatan politik negara lain. Iran, menurut Araqchi, tak akan menggantung nasibnya berdasarkan keputusan pihak lain.
Araqchi, dalam wawancara dengan TV Channel 5 menyebut, ada tiga isu internasional yang tak akan berubah meski terjadi pergantian presiden. Isu itu, yakni permasalahan pulau di Teluk Persia, kepentingan nasional, dan hak Iran dalam menjalankan program nuklir.
Iran, ia menambahkan, juga akan tetap mengikuti perkembangan perang saudara di Suriah. Bahkan, Araqchi secara tegas menyambut kemenangan tentara Suriah di Kota Qusair dan menunggu mereka untuk membebaskan Kota Aleppo.
Salah satu sekutu Iran, Venezuela, telah menegaskan sikapnya untuk terus berhubungan baik dengan Teheran. Seperti dikatakan Presiden Venezuela Nicolas Maduro, pihaknya menyambut baik kemenangan Rowhani dan berjanji untuk membangun kemitraan yang lebih strategis. Bersama dengan Pemerintah Iran yang baru, Venezuela siap menciptakan dunia yang lebih pluralis dan adil. n ichsan emrald alamsyah ed: wachidah handasah
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.