Selasa 16 Jul 2013 08:58 WIB
Politik Mesir

AS Kirim Utusan ke Mesir

Militer Mesir
Foto: AP/Hassan Ammar
Militer Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Di tengah situasi Mesir yang masih panas, Amerika Serikat (AS) tiba-tiba mengirim utusan ke Negeri Seribu Menara itu. Kedatangan Wakil Menteri Luar Negeri AS Bill Burns itu pun segera memunculkan beragam pertanyaan meski AS menegaskan bahwa kunjungan itu semata-mata untuk mendukung rakyat Mesir.   

Seperti dilaporkan BBC, Senin (15/7), ini merupakan kunjungan resmi pertama pejabat AS sejak penggulingan Presiden Muhammad Mursi 4 Juli lalu. Sejumlah kalangan mempertanyakan, apakah kunjungan ini ada kaitannya dengan rencana AS mengirim sejumlah jet tempur F-16 ke Mesir.

AS tak memberi konfirmasi mengenal hal itu. Yang pasti, Washington telah menegaskan, Burns akan memberi masukan agar Mesir mengakhiri kekerasan, melakukan transisi kekuasaan inklusif, dan membentuk pemerintahan sipil yang dipilih secara demokratis.

Burns yang tiba di Kairo, Ahad (14/7), akan melakukan pembicaraan dengan para petinggi Mesir yang didukung militer. Ia pun akan bertemu dengan otoritas militer dan kalangan pengusaha Mesir. 

Kunjungan ini terjadi di tengah seruan internasional untuk membebaskan Mursi, presiden pertama Mesir yang terpilih secara bebas, tetapi terguling dalam kudeta yang didukung militer. AS termasuk salah satu negara yang menyeru pembebasan Mursi. Meski demikian, AS ''belum berani'' menyebut bahwa pelengseran Mursi secara paksa dari kursi kepresidenan merupakan aksi kudeta.

Penyebutan kudeta, menurut hukum AS, akan mewajibkan Washington membekukan bantuan ekonomi dan militernya kepada Mesir, yang setiap tahunnya bernilai sekitar 1,5 miliar dolar AS. Terkait hal ini, dua politikus dari Partai Republik, Senator Lindsey Graham dan Senator John McCain, mendesak pemerintah AS untuk memangkas bantuan ke Mesir sebagai ''hukuman'' atas aksi kudeta itu.

Kunjungan utusan AS ke Mesir ini juga terjadi di tengah meningkatnya tekanan terhadap Ikhwanul Muslimin. Kelompok Islam yang mendukung Mursi tersebut kini berantakan setelah tokoh-tokoh kuncinya ditahan, mengasingkan diri, atau tidak berani muncul di depan umum.

Perkembangan terbaru, Kepala Kejaksaaan Publik Mesir Hisham Barakat, Ahad (14/7), juga memerintahkan pembekuan aset milik Ketua Ikhwanul Muslimin Muhammad Badie dan 13 anggota senior lainnya, di antaranya Khairat al-Shater, Mohamed Ezat, Mahi Ekef, Saed al-Katatni, Essam al-Erian, dan Mohamed al-Beltagy. Aset milik orang-orang pro Mursi juga tak luput dari perintah pembekuan. Mereka antara lain Essam Sultan, Assem Abdul Majed, Safwat Hegazy, dan Hazem Abu Ismail.

Saat ini, seperti dilaporkan BBC, Muhammad Badie dan sejumlah tokoh Ikhwanul Muslimin lainnya telah dibebaskan dengan jaminan, sedangkan Mursi masih ditahan.

Wakil Ketua Partai al-Nur, Bassam al-Zarka, mengatakan, sama sekali tak tahu keberadaan Mursi. Menurutnya, tempat penahanan Mursi benar-benar dirahasiakan. ''Dalam isu-isu seperti ini, mestinya ada transparansi. Tapi sayangnya, beginilah kondisi Mesir saat ini,'' tutur dia kepada Aljazirah.

Pidato pertama

Sedangkan, untuk pertama kalinya Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Abdel Fattah el-Sissi berbicara di depan publik. Setelah terus ditekan oleh pengunjuk rasa pro Mursi, el-Sissi berpidato melalui stasiun televisi pemerintah. Pada kesempatan itu ia menegaskan, Mursi dijatuhkan karena kehendak rakyat. Mursi, menurut dia, juga telah melanggar mandat rakyat dan memusuhi lembaga-lembaga negara yang lain.

Selain itu, el-Sissi melanjutkan, militer menurunkan Mursi karena terjadi polarisasi politik yang luar biasa dan mengarah kepada tindak kekerasan. Sebenarnya, kata dia, militer menerima dengan tulus pilihan rakyat. ''Angkatan bersenjata tetap berkomitmen untuk mengakui legitimasi kotak suara (pemilu),'' ujar dia.

Sayangnya, menurut el-Sissi, Mursi kemudian berkonflik dengan beberapa lembaga negara seperti pengadilan, polisi, media, bahkan masyarakat. ''Mursi juga berkonflik dengan militer. Ia membuat komentar yang menyinggung militer dan menusuk kebanggaan nasional.''

Menteri pertahanan di era Mursi ini mengaku sering menyarankan sang presiden untuk mengulurkan tangan kepada oposisi, berdamai, dan menjawab tuntutan rakyat. Sayangnya, kata el-Sissi, saran itu ditolak mentah-mentah. Dalam pidatonya, ia juga mengajak kelompok Ikhwanul Muslimin untuk berpartisipasi dalam masa transisi. n ichsan emrald alamsyah ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement