REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) memastikan operasi pasar bisa terlaksana mulai pagi hari, Rabu (17/7). Bulog sudah mendatangkan daging impor dari Australia sebanyak 12 ton. “Jadi, besok pagi sudah mulai bisa operasi pasar,” ujar Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso di Jakarta, Selasa (16/7).
Daging impor Bulog dikirimkan melalui udara menggunakan dua pesawat milik maskapai Singapore Airlines dan satu pesawat milik Garuda Indonesia. Masing-masing pesawat mengangkut sekitar empat ton daging. Menurut Sutarto, pengiriman daging impor selanjutnya akan dilakukan di akhir pekan. Bulog telah bernegosiasi dengan importir Australia untuk keperluan pasokan impor daging guna menutupi kebutuhan di sejumlah wilayah, terutama di Jabodetabek, Banten, dan beberapa kota besar di Jawa Barat. Dengan pasokan daging impor tersebut, diharapkan kebutuhan masyarakat cepat terpenuhi dan harga daging di pasar segera turun.
Sutarto melanjutkan, proses pengiriman daging melalui laut juga sedang berlangsung. Namun, ekspedisi jalur laut membutuhkan waktu yang lebih panjang dibandingkan pengiriman lewat udara. Bulog menargetkan daging beku yang dikirimkan melalui laut tiba sekitar tanggal 25 Juli. Operasi pasar akan dilakukan di 48 titik di Jakarta. Bulog menggandeng Asosiasi Distributor Daging Indonesia dan Asosiasi Pedagang Daging Indonesia untuk mendistribusikan daging impornya. Sutarto mengatakan, asosiasi sepakat menjual harga daging sesuai arahan pemerintah, yaitu tidak lebih dari Rp 75 ribu per kilogram.
Menteri Pertanian Suswono menegaskan, daging sapi yang diimpor Perum Bulog akan tiba di Indonesia melalui dua jalur, antara lain jalur laut lewat Pelabuhan Tanjung Priok dan jalur udara lewat Bandara Soekarno-Hatta. “Rabu akan datang daging Bulog sebanyak 800 ton lewat Soetta, ada 2.200 ton lewat Tanjung Priok. Pasokan ini penugasan kepada Bulog,” kata Suswono. Suswono meyakini, daging pesanan Bulog yang akan datang dapat menurunkan harga daging sapi. Apalagi, komoditas itu akan digunakan untuk operasi pasar.
Untuk feedlotter atau tempat penggemukan sapi, Suswono mengimbau agar tidak menahan sapi yang akan dipotong karena hal itu akan menahan laju pasokan daging sapi di pasar yang ujungnya membuat harga tetap bertahan di level Rp 90 ribu ke atas. “Nampaknya feedlotter justru masih menahan. Dampaknya, harga tinggi dan berdampak di konsumen. Padahal, stok 109 ribu ton di feedlotter untuk memenuhi DKI,” katanya.
Terkait mahalnya harga daging sapi, Mentan mengakui hal itu sudah tidak wajar. Kenaikan harga terjadi tidak pada tempatnya kendati kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sering menjadi alasan. “Kalau kenaikan batasnya wajar, kalau tidak wajar, etika bisnis harus ditegakkan,” ujar Suswono.
Mengenai harga ayam dan telur, Mentan menyatakan, pada pekan pertama puasa sudah mengalami penurunan dari produsen. Harga ayam dan telur yang turun merupakan komitmen produsen dengan Kementerian Pertanian. Menurut Suswono, alasan kenaikan harga daging ayam sebelum puasa adalah untuk menutupi kerugian peternak ayam dan telur. Namun, hal tersebut saat ini tidak boleh lagi terjadi karena kerugian peternak sebenarnya hanya pada tingkat keuntungannya saja yang menipis.
Sebelumnya, harga ayam dijual dari peternak Rp 21 ribu ke pedagang dan di tingkat konsumen Rp 33 ribu per kilogram.
Selain operasi pasar daging, Perum Bulog Divisi Regional DKI Jakarta siap melakukan operasi pasar beras di 11 pasar tradisional di wilayah Ibu Kota. Operasi pasar ini guna mengantisipasi kenaikan harga komoditas pangan utama masyarakat Indonesia menjelang Lebaran 2013.
Kepala Perum Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten Achmad Ma'mun menyatakan, operasi pasar beras sebenarnya telah dilakukan sejak 3 Juli 2013. Harga beras di grosir maksimal Rp 7.100 per kg dan harga di tingkat eceran maksimal Rp 7.400 per kg untuk jenis beras medium atau yang banyak dikonsumsi masyarakat. “Beras boleh naik harganya maksimal empat persen. Harga beras naik empat persen masih dianggap relatif rendah. Akan tetapi, jika tidak diantisipasi, akan kacau,” katanya.
Achmad menyebutkan, ke-11 pasar tradisional yang akan dijadikan lokasi operasi beras adalah pasar yang selama ini digunakan sebagai pendataan statistik, antara lain Pasar Minggu, Pasar Senen, Pasar Jatinegara, Pasar Palmerah, serta Pasar Induk Beras Cipinang.
Menurut Achmad, hingga 14 Juli 2013, beras yang telah disalurkan Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten untuk operasi pasar di wilayah Ibu Kota mencapai 2.650 ton. Dengan operasi pasar, Bulog berhasil menahan kenaikan harga sementara di tingkat grosir yang semula Rp 7.600 per kg menjadi Rp 7.500 per kg dan harga eceran dari Rp 8.600 per kg menjadi Rp 8.400 per kg.
“Harga komoditas pangan, khususnya beras,, akan terus dipantau dan operasi pasar akan terus dilaksanakan untuk menahan agar tidak terjadi lonjakan harga,” katanya. n meiliani fauziah/antara ed: eh ismail
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.