REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO — Reaktor nuklir Fukushima kembali menjadi sorotan. Sebuah gambar video menunjukkan, asap mengepul dari reaktor nuklir yang sempat bocor akibat gempa bumi dan tsunami pada 2011. Meski demikian, pihak operator reaktor, Tokyo Electric Power Co (TEPCO), menyatakan, tingkat radiasi masih stabil. Artinya, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima masih tergolong aman.
“Memang ada uap, tapi sangat tipis, bukan seperti semburan,” kata Juru Bicara TEPCO Maymi Yoshida, seperti dikutip Aljazirah, Kamis (18/7). Uap itu berasal dari lantai lima bangunan reaktor nomor tiga.
Menurut Yoshida, kolam reaktor tak menunjukkan perubahan suhu dan tekanan yang signifikan. Selain itu, para pekerja pun terus menyuntikkan air ke dalam reaktor nomor tiga. Dengan demikian, kata Yoshida, keadaan ini bukan sesuatu yang mengkhawatirkan meski pihaknya masih terus menyelidiki penyebab munculnya asap tersebut.
Reaktor nomor tiga adalah salah satu dari tiga unit penyimpanan inti nuklir di PLTN Fukushima yang kemudian meleleh akibat gempa bumi yang diikuti tsunami pada 2011. Gempa yang mengguncang wilayah Honshu tersebut menyebabkan kerusakan reaktor dan radiasinya menyebar ke udara, air, dan tanah di sekitarnya.
Saat ini, TEPCO mengandalkan sistem pendinginan darurat, baik dengan selang maupun pompa, agar reaktor tak terlalu panas. Proses mematikan PLTN tersebut akan memakan waktu 40 tahun.
Bencana Fukushima adalah salah satu insiden terburuk kebocoran reaktor setelah Chernobyl pada 1986. Saat itu, ribuan warga yang tinggal di dekat reaktor Fukushima tak bisa kembali ke rumah mereka karena tingkat radiasi yang begitu tinggi. Menyusul bocornya reaktor Fukushima, hampir semua reaktor nuklir di Jepang terpaksa dimatikan untuk pemeriksaan keamanan.
Pekan lalu, Otoritas Regulator Nuklir (NRA) Jepang menyatakan, kemungkinan ada kebocoran dari reaktor Fukushima ke Samudera Pasifik. Hal ini dikhawatirkan menimbulkan pencemaran radioaktif di perairan Pasifik, khususnya pada ikan-ikan yang dikonsumsi masyarakat. Namun, TEPCO menepis kekhawatiran itu.
Tak puas dengan jawaban TEPCO, badan pengawas itu berencana membentuk panel ahli untuk memeriksa kemungkinan terjadinya kebocoran.
TEPCO menyatakan, peningkatan kadar cesium pada sampel air yang diambil dari dalam reaktor tak berarti menunjukkan adanya kebocoran ke laut lepas. Sebaliknya, NRA yakin bahwa peningkatan kadar air yang terkontaminasi cesium menunjukkan ada kebocoran dari bawah tanah. NRA pun yakin air yang terkontaminasi itu telah mencapai lautan.
Ketua NRA Shunichi Tanaka mengatakan, kontaminasi air laut sebenarnya telah terjadi semenjak kecelakaan. Namun, kadar kontaminasi saat ini adalah yang paling buruk. “Yang penting adalah meminimalkan kebocoran ke luar dan mengurangi dampak pada manusia,” katanya.
Mei lalu, TEPCO sebenarnya telah melaporkan lonjakan kadar cesium pada air bawah tanah di dalam PLTN, begitu juga dengan elemen strontium di sekitar pabrik. Namun, TEPCO menggarisbawahi, sebagian besar kontaminasi itu sudah ada sejak kebocoran pada 2011. n ichsan emrald alamsyah ed: wachidah handasah
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.