Senin 22 Jul 2013 08:25 WIB
Penguasaan Media

Penguasaan Media Bagi Umat Islam Makin Penting

Tayangan televisi, ilustrasi
Tayangan televisi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penguasaan media massa oleh umat Islam semakin penting. Menurut Mohammad Fadhilah Zein, penguasaan ini akan membantu melawan arus informasi utama yang tak jarang menyudutkan umat Islam. “Perlu media dakwah sebagai sarana meredam isu semacam itu,” kata penulis buku Kezaliman Media Massa kepada Umat Islam dalam diskusi di Masjid Al Azhar, Jakarta, Ahad (21/7).

Zein menegaskan, saat ini media massa besar dan utama yang ada di Indonesia dimiliki para pemilik modal yang bukan Muslim. Mereka berafiliasi pada kelompok politik tertentu dan tidak mendengarkan aspirasi umat Islam. Akibatnya, umat Islam hanya tersingkir di pinggiran dan terombang-ambing dalam permainan isu dan kepentingan.

“Saat ini, bisa dicek siapa saja pemilik modal dari setiap media massa besar,” kata mantan jurnalis TV One tersebut. Sekarang, umat Islam semakin dikaburkan mana yang fakta atau dusta. Inilah mengapa, kata dia, pentingnya menguasai media dan cerdas dalam menyikapi informasi. Misalnya, dengan mengecek ulang data dan mengklarifikasi informasi yang muncul dari setiap berita media massa.

Ia mencontohkan soal pemberitaan terorisme. Asosiasi Jurnalis Indonesia (AJI) mencatat ada kesalahan dalam peliputan jurnalisme. Di antaranya, kurangnya klarifikasi data berita dan ada sebagian jurnalis yang selalu menjadi corong narasumber serta memberitakan informasi yang belum diklarifikasi. Satu kesimpulannya, berita itu menggambarkan umat islam intoleran dan pelaku kekerasan.

Hal senada disampaikan Pengamat Terorisme dari Pimpunan Pusat (PP) Muhammadiyah, Mustofa Nahrawardaya. Ia menilai, ada konspirasi besar terkait isu Islam walaupun hal itu selalu dibantah. Ia mengungkapkan, sudah menjadi rahasia umum negara Barat mengeluarkan triliunan rupiah setiap tahun untuk menampilkan seolah ada kekerasan dan intoleransi oleh umat islam.

Mereka gencar mengalokasikan dana untuk membuat opini terkait Islam. Kebanyakan media selalu menggambarkan umat Islam itu keras. Di sisi lain, mereka, mislanya, tak mengungkapkan mengenai kekerasan anak muda di AS yang membunuh sesama manusia. “Tidak ada satu pun yang menganggap kalau itu kekerasan,” jelasnya.

Mustofa mengingatkan, fakta terorisme itu bisa saja dibuat. Berita-berita terorisme selalu bersifat bombastis dan dramatis. “Ini selalu dimuat jika merugikan umat Islam dan tidak dimuat bila menguntungkan umat Islam,” katanya.

Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Fahmi Salim mengatakan, umat Islam perlu melakukan apa yg disebut Islamisasi mental media. Ini harus dimulai dari masing-masing individu. “Jangan sekali-kali memilih media yang dengan sengaja dan terang-terangan memusuhi dan menjelek-jelekan umat Islam,” katanya menegaskan.

Saat ini, menurut dia, banyak hal yang harus dibangun kembali umat Islam, terutama pilar media dan penguatan pengusaha Muslim. Ia mengapresiasi langkah investasi yang digalang oleh Ustaz Yusuf Mansur. Bagi dia, ini merupakan sebuah langkah yang memungkinkan umat Islam membeli media dan perusahaan-perusahaan besar. n amri amrullah ed: ferry kisihandi

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement