REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Pemberian suaka Edward Snowden dan persoalan Suriah diyakini membuat pertemuan Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Rusia, Kamis (5/9), semakin canggung. Keduanya memiliki perbedaan tajam mengenai kedua isu itu.
The Guardian, Rabu (4/9), melaporkan, dalam penempatan kursi para pemimpin negara, Rusia mencoba menghindari ketegangan langsung dengan AS. Awalnya, tempat duduk Vladimir Putin dan Barack Obama hanya dipisahkan oleh Raja Saudi. Namun, belakangan diubah menjadi lima pemimpin negara, termasuk di antaranya David Cameron.
“Penempatan kursi akan dilakukan berdasarkan alfabet Inggris,” ujar juru bicara Putin, Dmitry Peskow, kepada surat kabar Moskow, Izvestiya. Namun, bila yang digunakan alfabet Rusia maka mereka akan hampir saling berdampingan.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Istana Konstantin St Petersburg, Rusia, Kamis waktu setempat, menjadi pertemuan pertama Barack Obama dan Vladimir Putin setelah Moskow memberikan suaka kepada Edward Snowden awal Agustus lalu. Snowden merupakan mantan pegawai kontrak Badan Keamanan Nasional AS (NSA) yang membocorkan dokumen intelijen Paman Sam.
Pertemuan kedua pemimpin juga yang perdana setelah penggunaan senjata kimia dalam perang Suriah. Penggunaan senjata kimia telah membuat AS geram dan menuduh pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad di balik semua ini. Obama pun mengancam akan melancarkan serangan terbatas. Namun, Rusia yang selama ini menjadi sekutu utama Suriah menentang rencana Obama tersebut dan menuding tuduhan AS tak berdasar.
Sejak Putin menduduki kembali kepemimpinan Kremlin tahun lalu, hubungan dengan Washington telah berubah dari kurang baik menjadi buruk. Awalnya ketika terpilih, Obama mengatakan, akan memperbaharui hubungan dengan Moskow. Tetapi saat ini, dia melihat Rusia sebagai “anak sekolah” yang menjemukan. “Seperti anak kecil membosankan di belakang sekolah,” ujar Obama bulan lalu setelah membatalkan pertemuan bilateral dengan Putin.
Sedianya KTT G20 di Rusia akan didahului dengan pertemuan bilateral Obama dan Putin. Namun, akhirnya dibatalkan setelah Washington protes atas sikap Moskow yang memberikan suaka terhadap Snowden. Ini merupakan pertama kalinya dalam 50 tahun terakhir dialog bilateral kedua negara dibatalkan.
“Obama menggagas untuk memperbaharui. Tapi, tidak berhasil. Hubungan sangat dingin,” ujar pejabat senior Uni Eropa yang menghadiri G-20. Menurut Stefan Meister, analisis Rusia di hubungan luar negeri Dewan Eropa hubungan kedua negara bisa jauh lebih buruk.
Pertemuan G20 pada umumnya fokus tentang ekonomi global. Namun, seiring pemulihan ekonomi di Eropa dan AS, Suriah akan menggantikan isu utama. Jika pada pertemuan G8 Rusia menjadi negara terisolasi yang menentang intervensi asing ke Suriah maka pada KTT G20 mereka mendapatkan dukungan dari Cina. Keduanya akan berkoalisi untuk merebut pengaruh dari negara-negara anggota agar menolak intervensi AS ke Suriah.
Cina mengingatkan intervensi militer ke Suriah akan memukul perekonomian dan mendorong harga minyak. “Aksi militer ke Cina hanya akan memberikan dampak ekonomi global, khususnya dengan melonjaknya harga minyak,” ujar Wakil Menteri Keuangan Cina Zhu Guangyao jelang pertemuan G20, Kamis (5/9),
Di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hong Lei menegaskan, siapa pun yang terlibat di balik penggunaan senjata kimia itu harus bertanggung jawab. Namun, penggunaan kekuatan militer secara sepihak hanya akan melanggar hukum internasional dan memperumit konflik.
Negara G20 terdiri dari 20 negara, yakni Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, Inggris, Cina, India, Indonesia, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Meksiko, Prancis, Rusia, Turki, dan Uni Eropa.
Di antara negara-negara G20, Amerika, Inggris, dan Prancis menjadi pihak yang mendorong intervensi militer. Arab Saudi dan Turki juga setuju untuk menjatuhkan Assad. “Posisi Prancis jelas, menghukum dan bernegosiasi,” ujar Menteri Luar Negeri Laurent Fabibus kepada France 2 sebelum bertolak ke St Petersburg. “Kami yakin jika tidak ada hukuman buat Assad maka tidak akan ada negosiasi.” ed: teguh firmansyah
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.