REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebanyak 20 bank menandatangani fasilitas pinjaman sindikasi senilai 500 juta dolar Amerika Serikat (AS) untuk PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), perusahaan poultry terbesar di Indonesia. Pembiayaan tersebut merupakan sindikasi pendanaan ketiga dan terbesar pascakrisis keuangan 1998 yang diterima CPIN. CPIN pernah mendapatkan pinjaman sindikasi pada 2007 dan 2011.
Bank-bank yang menandatangani persetujuan fasilitas pinjaman sindikasi, di antaranya Citibank Indonesia, PT Bank DBS Indonesia, PT Bank ANZ Indonesia, Sumitomo Mitsui Banking Corporation, PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII), Rabobank International, Aozora Asia Pacific Finance Limited, Emiraates HBD PJSC, Land Bank of Taiwan, dan PT Bank Mizuho Indonesia.
Kemudian, Bank of China Limites, Bank of Taaiwan, CTBC Bank Co, Mega International Commercial Bank Co. Ltd, The Bank of East Asia, Chang Hwa Commercial Bank, First Commercial Bank, Hua Nan Commercial Bank Ltd, Taipei Fubon Commercial Bank, dan Taiwan Cooperative Bank. Citi dan DBS ditunjuk untuk mengoordinasikan pendanaan.
Managing Director and Head of Corporate and Investment Banking Citi Indonesia Kunardy Lie menerangkan, fasilitas pinjaman 500 juta dolar AS terdiri atas 325 juta dolar AS dan Rp 2 triliun. Pendanaan tersebut bertujuan menjaga keseimbangan agar portofolio pinjaman antara mata uang lokal dan asing tercapai komposisi 50:50.
“Respons dari bank-bank peserta sindikasi cukup positif sehingga terjadi oversubscription. CPIN pun akhirnya memutuskan untuk memperbesar jumlah fasilitas dari setara 400 juta dolar AS menjadi setara 500 juta dolar AS,” kata Kunardy di Jakarta, Senin (21/10).
Direktur Charoen Pokphan Indonesia Ong Mei Sian mengatakan, CPIN akan menggunakan pinjaman untuk melunasi pinjaman sindikasi 200 juta dolar AS pada 2011. Sisanya, akan dipergunakan untuk belanja barang modal dan membiayai kenaikan kebutuhan modal kerja.
Setiap tahun, kata Sian, Charoen diproyeksikan tumbuh 15 persen. “Kita perlu menambah kapasitas produksi. Oleh karena itu, ada jumlah yang dikeluarkan untuk belanja barang modal,” ujar Sian.
Untuk menunjang pertumbuhan usaha perusahaan, CPIN akan meningkatkan pangsa pasar. Pangsa pasar CPIN di pakan ternak mencapai 37 persen, pangsa pasar di DOC 35 persen, dan pangsa pasar di daging ayam olahan 55 persen. CPIN juga akan memperkuat dan mendiversifikasi downstream. “Sekarang ini kita masih konsentrasi di daging ayam. Tapi ke depan kita juga akan lihat, mungkin ada hal lain yang bisa kita tambahkan karena jalur distribusi kita ada,” ujar Sian. n satya festiani ed: eh ismail
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.