REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Bentrok berdarah akibat sengketa lahan kembali terjadi di Kabupaten Mesuji, Lampung. Dua kelompok warga di Desa Tulung Gunung, Mesuji, terlibat bentrok dengan melibatkan senjata api, Sabtu (4/1) malam.
Kabid Humas Polda Lampung ABP Sulistyaningsih dalam keterangan persnya mengatakan, bentrokan terjadi di lahan perambah Register 45 Mesuji. Dia menjelaskan, seseorang bernama Potdin bersama tiga orang rekannya menyerang kediaman warga setempat. Di sisi lain, warga yang diserang balik melawan.
Potdin lantas tertembak. Tapi, dia mampu selamat dan bersama kelompoknya terus melakukan penyerangan.
Salah satu warga yang terdesak serangan Potdin adalah Indra. Dia lantas lari menuju rumah mertuanya, Ali Cobra, yang diduga merupakan preman setempat. Bersama kelompok mertuanya, Indra lalu menyerang balik Potdin dan kawan-kawannya.
“Akibatnya, dari kelompok Potdin semua mengalami luka di mana satu di antaranya tewas,” ujar perwira melati dua ini, Ahad (5/1).
Dia mengatakan, korban bentrokan ini berasal dari kelompok Potdin. Mereka adalah Naidi yang menderita luka bacok di bagian kepala dan tertembak di kaki kiri, lalu Damas terkena bacokan di bahu sebelah kanan. Terakhir, korban tewas bernama Tansiu yang terkena tembakan di bahu sebelah kanan.
Potdin dan kelompoknya, kata Sulistyaningsih, lantas mendapat perawatan di rumah sakit setempat sebelumnya akhirnya nyawa Tansui tak dapat terselamatkan.
Atas peristiwa ini, Polda Lampung langsung mengirimkan penyidik Reskrim. Petugas telah mengamankan dua di antara para pelaku keributan. Mereka yang diamankan, yakni Damas dari kelompok Potdin dan Junadi dari kelompok Indra.
Selain itu, Polda Lampung juga langsung giat melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat, agama, serta pemda setempat agar persoalan rebutan lahan ini tak melebar. Pasalnya, warga Mesuji dinilai masih trauma dengan tregedi sepajang 2012 karena rebutan lahan di sana menelan banyak korban jiwa.
“Pengejaran pelaku lainnya terus dilakukan. Selain memeriksa saksi-saksi, intel juga dikerahkan untuk mengawasi dan bantu membangun kamtibmas di sana,” kata Sulistyaningsih.
Di pihak lain, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandar Lampung mengatakan bahwa konflik di Lampung, khususnya Mesuji belum mereda. Kepala Divisi Sipil dan Politik LBH Bandar Lampung Ajie Surya Prawira mengatakan, kekerasan di Mesuji masih sering terjadi. Menurutnya, bentrok itu kerap didalangi perusahaan besar pemilik lahan yang melakukan penambangan ilegal di tahan hutan.
Akibatnya, konflik antarwarga pun sering pecah. "Kerap terjadi konflik di kawasan hutan, antara lain, Register 45, Register 47, Register 19, dan Register 21," ujarnya.
Seperti diketahui, isu sengketa lahan di wilayah dekat garis pantai di Lampung ini kerap ditanggapi sensitif. Masih segar dalam ingatan momen dua tahun lalu ketika para petani bentrok dengan perusahaan pengelola tanah atas kepemilikan lahan. Puluhan warga Mesuji tewas dan lainnya luka-luka dalam bentrok berdarah sepanjang 2012. n gilang akbar prambadi ed: abdullah sammy
Data Bentrok Mesuji:
27 Oktober 2012: Bentrok di Mesuji melibatkan warga pribumi dan pendatang. Akibat bentrokan tersebut, 14 warga tewas dan beberapa lainnya luka-luka. Sejumlah rumah juga hangus terbakar.
19 Januari 2013: Seorang warga Mesuji Mat Tutul (45 tahun) tewas akibat konflik sengketa lahan. Akibatnya, sejumlah warga mengamuk dan membakar gubuk-gubuk pendatang di Mesuji.
12 Juni 2013: Rumah warga salah satu perambah Register 45 dibakar kelompok warga berjumlah sekitar 100 orang dari permukiman Karya Jaya I di kawasan Register 45.
3 September 2013: Enam orang ditangkap polisi akibat memblokade jalan dan membuat rusuh di Lintas Timur Sumatra di Kabupaten Mesuji.
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.