REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penghimpunan zakat di perusahaan atau korporat mencapai jumlah yang besar. Sebagian dana tersebut digunakan untuk mengembangkan usaha ekonomi.
Ketua LAZIS Garuda Dody Muhadi mengatakan, lembaganya memberdayakan zakat melalui amal usaha di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Di wilayah itu, Lazis Garuda membangun kelompok ternak dan kelompok usaha ayam goreng. “Kelompok usaha ayam goreng dilakukan oleh satpam atau office boy Garuda yang memiliki potensi mengelola usaha,” kata Dody, Ahad (19/1).
Selain untuk usaha, dana zakat juga didayagunakan melalui sejumlah program. Penyalurannya ke daerah-daerah. Biasanya, saat Ramadhan dalam bentuk tebar kurma dan bedah mushala. Dody mengatakan, penghimpunan dana Lazis Garuda relatif besar.
Tahun lalu, lembaga ini mampu mengumpulkan dana zakat hingga Rp 1 miliar. Dody mengakui, jumlah ini memang masih kecil dibandingkan potensi yang ada. Padahal, sudah ada dukungan pimpinan. “Instruksi dari direksi sudah ada, tapi pengumpulan masih bersifat sukarela.”
Sejauh ini, pengumpulan zakat masih di kantor pusat. Lazis Garuda juga berencana melakukannya di kantor perwakilan daerah. Jika ini tercapai, zakat dapat dimanfaatkan dalam cakupan lebih besar. Dody mengatakan, program Lazis pun membawa citra perusahaan.
Karena itu, ia berharap, bisa menjalin kerja sama dengan program CSR perusahaan. General Manager Yayasan Baitul Maal (YBM) BRI Dwi Iqbal Noviawan menjelaskan, pengumpulan zakat dari karyawan BRI dilakukan ke kantor pusat.
Dari sana zakat akan disalurkan ke mustahik yang dekat dengan perusahaan. Dwi mengatakan, jangkauan cabang BRI yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, membuat YBM mengelola sendiri dana zakat karyawannya.
Penghimpunan melalui mekanisme pemotongan penghasilan bulanan karyawan Muslim bank tersebut. Semua bermula pada 2011. Waktu itu, direktur utama BRI mengeluarkan surat keputusan pemotongan reguler untuk zakat.
Dari 110 ribu karyawan, 30 ribu di antaranya ikut dalam mekanisme penyetoran zakat penghasilan bulanan. Ini berlaku, termasuk karyawan di posisi atas. “Setiap bulan terkumpul dana zakat sekitar Rp 5,4 miliar,” kata Dwi.
Tak hanya zakat, YBM BRI juga menerima sedekah, infak, dan wakaf uang. Setiap bulannya, bisa mencapai Rp 200 juta hingga Rp 300 juta. Salah satu program yang digagas YBM BRI adalah pengembangan usaha mikro. Ini membuat pemilik usaha mandiri.
Ada pula alokasi untuk pengembangan perkebunan. YBM melatih para mustahik menjadi tanaman hidroponik dan tanaman gaharu. Potensi tanaman gaharu di Indonesia mencapai 600 ribu ton dengan tujuan ekspor ke Cina.
Harga gaharu Indonesia berkisar antara Rp 100 ribu dan Rp 150 ribu per kilogram. Ketua Forum Zakat (FOZ) Sri Adi Bramasetia mengatakan, zakat di perusahaan cukup besar jumlahnya. Pengelolaan oleh lembaga zakat yang dibentuk perusahaan-perusahaan itu efektif. Sebab, penghimpunan zakat lebih terkoordinasi.
Apalagi, jika penghimpunan dan pengelolaan zakat dilakukan hingga cabang perusahaan di daerah. Sri Adi mencontohkan, tahun lalu BRI mampu mengumpulkan zakat sekitar Rp 60 miliar. “Ini hal yang bagus,” katanya menegaskan.
Karyawan perusahaan yang berzakat lewat lembaga zakat perusahaan mendapat dua keuntungan. Pertama, keikhlasannya relatif terjaga karena mereka tak tahu siapa yang diberi. Kedua, pemberi zakat bisa merekomendasikan mustahik.
Bramasetia mengatakan, lembaga zakat korporat umumnya berawal dari kegiatan kerohanian Islam perusahaan. Dengan adanya lembaga zakat, bukan hanya karyawan yang diuntungkan. Perusahaan juga memperoleh keuntungan.
Sebab, kata dia, melalui program lembaga zakatnya perusahaan akan lebih dikenal masyarakat. Citra perusahaan meningkat. “Perusahaan diuntungkan dengan pencitraan yang baik tanpa mengeluarkan dana sosial tambahan,” kata Bramasetia. n fuji pratiwi ed: ferry kisihandi
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.