Jumat 16 Sep 2016 17:00 WIB

Selera Pasar Ciptakan Segmentasi Baru

Red:

Kebutuhan, selera, dan tren yang sedang berkembang di pasaran kerap menjadi tolok ukur lahirnya segmentasi kendaraan baru. Berbagai strategi dilakukan para agen pemilik merek (APM) kendaraan roda empat sebelum mengeluarkan produk baru.

Direktur Pemasaran PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra mengatakan, Daihatsu selalu melakukan pemetaan sebagai pertimbangan awal dalam menciptakan segmentasi baru. Melalui pemetaan itu, mereka dapat melihat kendaraan-kendaraan seperti apa yang sedang tren dan diminati konsumen di Indonesia.

"Mulai dari segi kategori produk hingga harga, kita lakukan pemetaan. Nanti dari sana akan terlihat mana segmen yang kosong. Di situlah potensi kita untuk membuat sebuah produk baru," kata Amelia kepada Republika, Kamis (15/9).

Pemetaan produk juga dilakukan supaya segmentasi tak saling tumpang tindih. Setelah pemetaan, Amelia mengatakan, Daihatsu melakukan survei ke masyarakat. Dari persiapan hingga sebuah produk baru lahir, menurut dia, dibutuhkan waktu dua tahun.

Untuk saat ini, menurut Amelia, konsumen dari semua segmen memiliki karakteristik yang beragam. Ia mencontohkan, untuk segmentasi sport utility vehicle (SUV) biasanya konsumen akan lebih melihat ke spesifikasi. Namun, untuk kelas city car atau multi-purpose vehicle (MPV), umumnya konsumen lebih melihat ke harga.

"Tapi untuk segmentasi, MPV masih akan terus merajai dan paling laku ke depan. Sebab, merujuk pada prinsip orang Indonesia, yakni mangan ora mangan asal kumpul," kata Amelia.

Hal senada juga disampaikan Mitsubishi. Head of MMC Sales Group PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) Imam Chaeru Cahya mengatakan, sebelum mengeluarkan produk baru, perusahaan melihat potensi pasar yang ada, yaitu segmentasi yang belum tergarap dan cocok dengan produk Mitsubishi.

Selain itu, kata dia, Mitsubishi juga selalu mengedepankan strategi dengan menampilkan produk yang berbeda dari yang sudah ada. Di segmentasi small MPV yang akan dimasuki pada tahun depan, misalnya, Mitsubishi bisa dibilang masih baru. Untuk itu, mereka berupaya menyajikan sesuatu yang berbeda.

"Sebagai pendatang baru, penting bagi kita untuk membuat diferensiasi dengan yang lain, baik dari produk maupun strategi pasar yang akan kita implementasikan," kata Imam.

Survei pasar secara berulang juga dilakukan sebelum mengeluarkan produk dengan segmentasi baru. Namun, berbeda dengan Amalia, Imam melihat adanya peningkatan tren SUV di Indonesia.

Ini didasarkan pada data Mitsubishi terkait penjualan salah satu mobil SUV-nya, Pajero Sport. Menurut Imam, dalam enam bulan ini penjualan Pajero Sport justru mengalami peningkatan cukup signifikan. Meski tak dimungkiri, segmen MPV juga sedang diminati di Indonesia.

"Fokus kita sekarang di MPV dan SUV, sebab market-nya tak dapat dimungkiri cukup besar, terutama small MPV. Walau ada penurunan daya beli, segmen pasarnya tetap besar untuk dua segmentasi itu," katanya.

PT Toyota Astra Motor (TAM) Indonesia juga kerap mempelajari kebutuhan pelanggan terhadap kendaraan sebelum merambah segmentasi baru. Direktur Marketing TAM Henry Tanoto mengatakan, perusahaan kerap melakukan riset sebelum mempersiapkan produknya. "Strateginya adalah berusaha untuk selalu meluncurkan produk yang sesuai kebutuhan pelanggan atau masyarakat," kata Henry.

Studi mendalam, menurut dia, menjadi kunci Toyota dalam menciptakan segmentasi baru. Ini dilakukan untuk menghindari atau meminimalkan peluang terjadinya tumpang tindih antara satu produk dengan yang lainnya.

Mobil keluarga masih merajai

Pengamat otomotif Suhari Sargo mengatakan, hingga saat ini karakteristik pasar kendaraan bermotor di Indonesia masih berkutat pada masalah harga dan bagaimana kendaraan itu dapat menampung sebanyak mungkin penumpang. Oleh karena itu, segmentasi MPV di pasar kendaraan roda empat masih menjadi raja.

Saat ini, menurut Suhari, kebiasaan manusia di Indonesia kebanyakan adalah membeli mobil untuk pergi ramai-ramai. Makanya, jenis MPV memang paling banyak diminati, apalagi untuk musim liburan. "Prinsipnya, satu keluarga bisa masuk semua," katanya.

Itu pula yang dikatakan pengamat otomotif Bebin Juana. Menurut dia, sekarang cara berpikir konsumen bukan lagi soal spesifikasi, yang jadi pertimbangan pertama justru soal harga. Setelahnya baru orang akan berpikir hal lain.

Pertimbangan lain yang menurut dia tak pernah berubah adalah soal brand image produk. Mereka yang mempertimbangkan ini umumnya terkait pada kepercayaan kepada merek tersebut.

Untuk itu, Bebin berharap APM juga memperhatikan hal ini. Artinya, ke depan tak hanya menyajikan produk yang hanya "menghibur" di depan tetapi ada konsekuensi lain di belakang yang tak diinformasikan. Sebab, itu akan mengecewakan konsumen.

Semisal, harga mobil ditawarkan murah tetapi konsumen tak diedukasi mengenai konsekuensi perawatan atau perbaikan setelah dua hingga tiga tahun digunakan. Ini merupakan hal yang penting menurut Bebin.

"APM juga harus memikirkan soal biaya pemeliharaan itu. Harus memberikan edukasi kepada konsumen soal itu, apalagi konsumen yang baru mempunyai mobil," ujar Bebin.

Saat ini, menurut dia, karakteristik pasar kendaraan roda empat di Indonesia masih sangat banyak yang terhibur hanya dengan harga murah dan iming-iming promosi lain, seperti irit bahan bakar. Padahal, ia tak mengetahui konsekuensi perawatan dan perbaikan mobil tersebut setelah digunakan beberapa tahun.

Bisa jadi, biaya perbaikan mobil dalam dua hingga tiga tahun ke depan juga memakan dana yang tak sedikit. Ini yang sebaiknya diperhatikan para konsumen kendaraan bermotor, khususnya pembeli pemula. rep: Gita Amanda ed: Mansyur Faqih

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement