Membaca itu seru. Begitulah salah satu jargon dari komunitas pembaca GoodReads yang mengampanyekan kegiatan gemar membaca. Membaca merupakan salah satu cara untuk membuka jendela dunia, membuka wawasan dan pengetahuan. Karena tak semua orang suka membaca, kampanye ini terus didengungkan.
Jaka Santana, salah seorang anggota komunitas GoodReads Indonesia, mengatakan, menumbuhkan minat baca pada masyarakat dilakukan komunitasnya melalui berbagai cara, seperti mengunjungi perpustakaan. Setiap tahun, GoodReads Indonesia juga berupaya menggelar festival buku di mana komunitas pencinta buku bisa saling menampilkan koleksi-koleksinya. GoodReads Indonesia bukanlah satu-satunya komunitas pencinta buku. Komunitas pencinta buku juga kian beragam di dunia maya melalui jejaring sosial Twitter mereka.
Menurut Kepala Humas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Agus Sutoyo, masyarakat Indonesia kini kian gemar membaca buku. Dari berbagai survei yang dilakukan di berbagai perpustakaan, minat baca masyarakat terus meningkat. Justru tingginya minat baca ini belum selalu dibarengi dengan ketersediaan buku-buku.
Minat baca yang cukup tinggi ini jelas terlihat kala mobil perpustakaan keliling yang biasa ada di desa-desa cukup ramai dengan pengunjung. Di mobil perpustakaan keliling sampai ke desa-desa, pengunjungnya selalu banyak.
Agus juga mengatakan, perpustakaan kini semakin bertransformasi untuk meningkatkan layanan. Hal ini tak lain untuk meningkatkan minat baca di masyarakat. Berbagai fasilitas, seperti perpustakaan digital, fasilitas perpustakaan yang semakin nyaman, menurutnya, membuat masyarakat kini makin tertarik dengan perpustakaan.
Harus didukung berbagai pihak
Yang cukup membanggakan adalah semakin banyak komunitas atau individu yang menunjukkan kepedulian terhadap perpustakaan. Kepedulian ini ternyata juga tak hanya ditunjukkan masyarakat ekonomi tinggi saja. Agus pernah menjumpai tukang ojek yang selalu menyisihkan pendapatannya untuk membeli buku-buku dan membuat perpustakaan. Individu seperti ini jumlahnya juga tak sedikit.
Kepala Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia (YPPI) Trini Haryanti mengatakan, menumbuhkan minat baca perlu dilakukan dalam lingkup yang paling kecil, yakni keluarga. "Jika keluarga gemar membaca, akan lebih mudah menularkan kepada anak-anak untuk gemar membaca sejak dini," katanya.
Minat baca masyarakat kian berkembang dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk swasta yang banyak berpartisipasi dalam mengadakan perpustakaan keliling melalui dana CSR mereka. Perpustakaan dan buku-buku juga bukan barang mahal yang hanya bisa dijangkau oleh masyarakat menengah ke atas.
Masyarakat menengah ke bawah kini sudah cukup dekat dengan perpustakaan melalui berbagai media, seperti perpustakaan keliling. Ketika masyarakat sudah mendapatkan akses perpustakaan, mereka cukup antusias untuk datang dan meminjam. Mereka pun mulai menuntut ketika bahan bacaan sudah habis.
Dari tahun ke tahun, minat baca di Indonesia kian menunjukkan perkembangan yang positif. Trini mengatakan, minat baca ini tak bisa dipukul rata. Untuk wilayah perkotaan di Jawa dan Sumatra, minat baca sudah cukup baik. Namun, di wilayah lain, seperti Kalimantan, Sulawesi, dan NTT, realtif masih kurang.
Dia optimistis melalui sinergi pemerintah pusat dengan daerah, kinerja perpustakaan umum semakin baik sehingga bisa meningkatkan minat baca masyarakat. Koordinasi untuk terus semakin memperbaiki layanan perpustakaan dilakukan tiga kali dalam satu tahun. Daya beli masyarakat yang semakin baik juga turut meningkatkan minat baca.
Menteri Pendidikan Muhammad Nuh mengatakan, budaya membaca perlu ditanamkan sejak usia kecil. Ia optimistis Kurikulum 2013 yang berbasis pada keaktifan siswa bisa merangsang minat baca anak.
Adanya Kurikulum 2013 yang menuntut siswa untuk lebih aktif di dalam kelas bisa dikaitkan dengan minat membaca sejak dini. Minat baca itu harus dibangun mulai sejak awal. Di Kurikulum 2013, kita ajari agar anak melakukan observasi, banyak bertanya, agar mereka juga semakin minat untuk membaca," ujar Nuh. rep:dwi murdaningsih ed: hiru muhammad