DEPOK-Tak semua warga mengetahui kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang mulai berlaku pada 1 September 2014. Isni Widiayati, ibu rumah tangga yang tinggal di Pancoran Mas, Depok, mengaku belum mengetahui soal kenaikan itu. "Baru tahu akan ada kenaikan tarif listrik, kalau ada yang repot banget semuanya pada naik. Katanya bahan bakar minyak (BBM) mau naik juga," ujarnya kepada Republika (1/9).
Isni pun mengeluhkan kenaikan listrik yang diberlakukan oleh pemerintah. Menurutnya, kenaikan listrik akan menaikkan pengeluaran keluarga. Menurut pengalamannya setiap ada kenaikan listrik mau pun BBM maka barang-barang kebutuhan rumah tangga juga akan naik. "Sebaiknya jangan dinaikkan serentak semuanya gini. Kalau bisa, jangan ada yang dinaikin," kata Isni.
Usaha kecil menengah di Kota Depok pun belum mengetahui ihwal kenaikan tarif dasar listrik itu. Citra, salah satu penjahit dan penjual busana Muslim, mengatakan, ia belum mengetahui adanya kenaikan tarif dasar listrik ini. "Saya tahunya bahan bakar minyak (BBM), kalau listrik baru tahu," ujar Citra.
Ia mengatakan, jika tarif dasar listrik naik maka biaya produksi pun membengkak. Maka ia akan mengalami kerugian yang besar karena pelanggan akan lari. "Semoga enggak besar naiknya, jadi masih bisa kejar biaya produksi," ujar ibu dua putra ini.
PT Perusahaan Listrik Negara kembali menaikkan tarif listrik kemarin. Kenaikan tersebut merupakan hasil kesepakatan pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat pada Juni lalu. Kenaikan dilakukan secara bertahap mulai Juli.
Pengelola cabang rumah makan Ayam Bakar Kalasan di Bekasi, Darutom (48 tahun), memprediksi keuntungan usahanya akan berkurang 20 persen pascakenaikan harga tarif listrik. "Kenaikan harga listrik berpengaruh terhadap biaya produksi, terutama kulkas dan pompa air, sehingga keuntungan berkurang sekitar 20 persen," tutur Darutom saat diwawancarai Republika, Senin (1/9) petang.
Darutom mengatakan, kenaikan listrik berdampak terhadap peralatan kulkas dan pompa air yang ia gunakan untuk memproduksi makanan. Namun, berkurangnya keuntungan itu belum sampai menyebabkan pedagang rugi. Jadi, belum ada rencana kenaikan harga jual.
"Kami tidak berencana menaikkan harga makanan. Sulit rasanya menjelaskan pengaruh naiknya harga listrik kepada konsumen, apalagi belum sampai rugi," kata Darutom. Darutom berjualan makanan di dekat Embarkasi Haji Jakarta-Bekasi dan sudah sekitar empat tahun berjualan di sana.
Wahyu (29 tahun), pelaku usaha jasa penatu di wilayah Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah, mengaku usahanya sangat mengandalkan listrik untuk mengoperasionalkan mesin cuci dan setrika. Kenaikan tarif listrik akan membuat pengeluaran rekening listrik senakin "gemuk".
"Selama ini beban komponen listrik sudah mencapai 45 persen dari omzet bulanan. Kalau tarif listrik naik, berarti beban listrik akan bertambah," jelasnya, Senin (1/9). Padahal, untuk melayani konsumen di lingkungan kampus, ia hanya mematok harga Rp 3.500 per kilogram. rep:c57/c74/bowo pribadi ed:teguh firmansyah