Rabu 06 May 2015 13:00 WIB

Muhammad Faisal, Pengamat Ekonomi Core Indonesia: Perlambatan Ekonomi Harus Jadi Warning

Red:

Pertumbuhan ekonomi melambat, apa saja faktor yang menyebabkannnya?

Satu hal, bahwa pada kuartal satu pertumbuhan lebih rendah itu memang adalah pattern yang selalu terjadi setiap tahun. Kuartal satu akan lebih kecil, lebih landai, dan kuartal dua akan lebih tinggi.

Lambannya pertumbuhan ekonomi ini tidak hanya karena faktor domestik, tapi juga faktor eksternal. Tapi, untuk faktor domestik karena biasanya didorong oleh government spending. Biasanya anggaran pemerintah baru turun mulai April atau Mei dan sampai ke daerah biasanya lebih lambat. Nah, hal ini akan memengaruhi sektor swasta karena biasanya sektor swasta akan ikut kebijakan pemerintah.

Kedua, pertumbuhan ekonomi yang sebesar 4,7 persen ini juga lebih lambat dari kuartal keempat 2014. Dari internal, ada proses transisi yang harus dilakukan, di antaranya adalah perubahan nomenklatur dari beberapa kementerian.

Ada beberapa kementerian kunci yang berubah nomenklaturnya, termasuk Kementerian Pendidikan dan PU karena anggaran di kedua kementerian ini salah satu yang terbanyak. PU terkait infrastuktur dan pendidikan juga tentunya terkait proyek pendidikan. Jadi, ada keterlambatan masalah nomenklatur ini dari sisi faktor internal.

Dari sisi eksternal?

Dari eksternal kita tahu bahwa pelemahan ekonomi dari negara mitra belakangan dan pertumbuhannya lebih lamban dari sebelumnya. Perlambatan terjadi di Eropa, Jepang, juga Cina. Hanya AS saja yang menguat. Sebetulnya, perlambatan ekonomi tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tapi juga negara lain.

Apakah Jokowi Effect tidak manjur?

Enam bulan lebih pemerintahan Jokowi, ekspektasi kita terlalu tinggi. Yang terjadi tidak setinggi apa yang kita harapkan. Masalah pembangunan dan pemerintahan lebih kompleks. Jadi Jokowi Effect tidak cukup. Jadi, banyak hambatan yang harus dibangun dan diselesaikan oleh pemerintah.

Pemerintah harus jadikan ini warning. Kalau tidak dijaga, kalau perlambatan ekonomi ini tidak diseriusi, maka sangat mungkin kuartal berikutnya tidak setinggi yang diharapkan atau malah tetap turun. Kalau ekspektasi ini tidak dikelola, ini yang terjadi. Manajemen ekspektasi ini penting. Karena ini ada faktor psikologis, kepercayaan investor, dan lainnya.

Langkah pemerintah seharusnya seperti apa?

Batu sandungan terbesar adalah permasalahan infrastruktur yang sangat menghambat sektor riil dan industri manufaktur. Kita tahu ketika pemerintahan baru terpilih pada tahun lalu, subsidi BBM kemudian dihapus untuk memperluas ruang fiskal pemerintah. Artinya, perencanaan untuk membangun infrastuktur sudah ada dan dana sudah ada. Itu yang harus diimplementasikan pemerintah secepat mungkin. Karena, secepat ini segera diselesaikan, maka ini bisa membantu membalik keadaan.

Kedua adalah bagaimana pemerintah mengelola perekonomian sehingga ongkos produksi yang memengaruhi perubahan industri manufaktur dan daya beli masyarakat rendah, termasuk di dalamnya BBM, tarif dasar listrik, dan inflasi pangan. Ini yang harus dikelola pemerintah, bagaimana pemerintah bisa mengendalikan ekonomi dengan kondisi saat ini, terlebih BBM yang dilepas ke pasar.  c85 ed: Ferry Kisihandi

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement