Kamis 18 Sep 2014 14:00 WIB
Sudut Pandang

Hansip Bukan Pekerjaan, tapi Pengabdian

Red:

Dengan gaji sekitar Rp 250 ribu per bulan, sudah barang tentu tidak banyak orang yang mau menjadi anggota organisasi Pertahanan Sipil (Hansip). Tak heran jika kebanyakan di wilayah perkampungan, pekerjaan hansip dilakoni pria berusia lanjut. Bahkan, tak sedikit hansip yang mengabdi sampai akhir hayatnya.

Di Perumnas Klender, Jakarta Timur, kampung saya dibesarkan, setidaknya ada empat hansip yang saban malam bergantian berkeliling melewati gang-gang sempit untuk berpatroli. Satu di antaranya sempat mengatakan kepada saya, "Jadi hansip bukanlah pekerjaan, tetapi pengabdian."

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Yudhi Mahatma/Antara

Satuan Linmas mengikuti apel bersama untuk pengamanan Pemilu Kepala Daerah Khusus Ibukota, di Silang Monas, Jakarta, Kamis (19/4).

Di era sosialisasi nyaris mati dan manusia bergeser menjadi makhluk individual, menurut saya, keberadaan hansip masih sangat diperlukan. Perannya dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat sekaligus menggantikan ketidakhadiran warga yang berhalangan ikut ronda.

Ya ronda. Program ronda mungkin di sebagian besar lingkungan DKI Jakarta sudah punah. Masyarakat perkotaan yang kebanyakan berangkat pagi dan pulang nyaris tengah malam, membuat kemungkinan program berjaga tengah malam itu sulit kembali diberlakukan. Padahal, ronda adalah salah satu cara agar lingkungan  tetap aman dari gangguan maling ataupun bencana seperti kebakaran.

Kalaupun ronda masih ada, saat ini banyak warga yang hanya mengirimkan asisten rumah tangga, atau membayar orang untuk menggantikannya ikut ronda. Melihat fenomena sosial tersebut, rasanya hansip bisa diandalkan untuk berperan menggantikan warga yang berhalangan ikut ronda. Bahkan, sering kali hansip diikutsertakan menjaga keamanan saat pemilihan umum.

Sayangnya, kita tidak akan lagi melihat hansip dengan seragam khasnya berwarna hijau-hijau dengan pentungan kayu terselip di ikat pinggangnya. Tidak akan ada lagi hansip yang berdiri siaga di dalam pos kamling yang dihiasi kentongan bambu.

Cerita hansip sebagai sahabat masyarakat bakal terkubur setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mencabut Keputusan Presiden Nomor 55/1972 tentang Penyempurnan Organisasi Pertahanan Sipil (Hansip) dan Organisasi Perlawanan dan Keamanan Rakyat (Wankamra) dalam rangka penertiban pelaksanaan sistem Hankamrata.

Hansip dinilai sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat saat ini. Nantinya, tugas hansip bakal diambil alih Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin menyebut hansip akan dialihkan sesuai tugas, pokok, dan fungsinya. Di mata Amir, Satpol PP lebih efektif untuk menjaga lingkungan dan keamanan.

Tapi timbul pertanyaan, apakah Satpol PP siap untuk berjaga tengah malam hingga pagi hari sembari berkeliling kampung. Apalagi citra Satpol PP di mata masyarakat terbilang buruk menyusul banyaknya pemberitaan aksi kekerasan yang dilakukan mereka saat melakukan penertiban.

Keputusan yang melahirkan polemik itu sampai ke telinga Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Pria asli Belitung Timur yang saban hari disapa Ahok itu mengaku mendukung keputusan pemerintah tentang pembubaran Hansip.

Menurut Ahok, Presiden SBY lebih memahami tentang masalah keamanan ketimbang dirinya. Tapi, pria berusia 48 tahun ini cukup bijak menanggapi masalah tersebut. Ia punya solusi jitu dengan berencana tetap mempekerjakan Hansip yang akan kehilangan pekerjaan sebagai pegawai harian lepas (PHL). "Jadi nanti Hansip seperti Satpam," katanya.

Solusi serupa disampaikan pengamat militer, Muradi. Jika hansip dihapus, menurutnya, negara harus mampu menggantikan fungsi organisasi itu. "Hansip bisa seperti satpam."

Berdasarkan rumusan lapisan keamanan, Hansip masih diperlukan dalam ketahanan masyarakat. Sesuai UU 45 pasal 30, memang sudah seharusnya warga membela negara, tak hanya pegawai negeri.

Artinya, negara berhak memaksa warganya untuk membela keamanan negara. Tapi, apakah pemerintah bersedia menerapkan wajib militer kepada rakyatnya seperti yang diterapkan Korea Selatan? Jawabannya lagi-lagi Hansip bisa menjadi solusi.

Kini setelah sekian lama terabaikan, nasib para Hansip bakal benar-benar terkubur. Kecuali jika masyarakat masih mau memberikan uang iuran kepada para mantan Hansip agar tetap menjaga lingkungan saban malam.

Oleh Karta Raharja Ucu

Twitter: @kartaraharjaucu

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement