"Kalau begini kamu jadi mirip artis sinetron itu, ya, hmm…. Siapa itu yang suka memerankan tokoh berhati bidadari?"
Rimbong tulus memujinya. "Suka nonton sinetron juga, ya Pak?" Fatin menatapnya lucu. "Pernah kulihat orang rumah lihat sinetron," katanya sambil terus memandangi penampilan baru gadis di hadapannya."
Sungguh, kamu mirip Marshanda. Ya, itu dia!" "Ah, Bapak ada-ada saja."
Fatin tersipu dengan wajah memerah jambu. "Ini kerudungnya cantik sekali, bahannya lembut dari sutera indah. Kalau sampai rusak sedikit saja, wah, bagaimana aku harus menggantinya nih?" sambungnya jujur.
Rimbong tertawa mendengar pernyataan jujur begitu. Namun, ia melihat kesungguhan dan rasa kuatir di mata gadis belia di hadapannya.
"Santai saja. Tidak perlu diganti sebab gaunnya sejak saat ini milikmu sendiri." "Ah, Bapak, ada-ada saja," kata Fatin menganggapnya sedang bercanda.
"Serius, ini untukmu. Kalau mau, pilih lagi gaun lainnya. Tapi nanti, ya, kalau seminarnya sudah selesai. Ayo, kita berangkat!" @@@
BAB 4
BERMULA CINTA
Fatin duduk di kursi paling depan di deretan perempuan. Sedangkan Rimbong bergabung dengan relasinya di barisan lelaki.
"Adik ini, apa putrinya Bapak Rimbong, ya?" tanya seorang ibu yang duduk di sebelah Fatin. "Apaaa?" Fatin terkejut sekali mendengarnya.
"Iya, kalian anak dan ayah, bukan?" tanya teman si ibu di sebelahnya lagi. "Oh, bukan, bukan!" sanggah Fatin.
"Tapi wajah kalian mirip, bagaimana bisa begitu?" "Kalian aslinya dari mana sih? Seberang, ya? Biar kutebak, hmmm, Manado, Minahasa atau Toraja? Tapi bapaknya itu pastinya campuran bule, ya? Jerman atau Belanda?" si ibu nyerocos tak tertahankan.
Sebelum Fatin melakukan sanggahan, seminar telah dibuka dengan sambutan sambutan. Direktur Rimbong dipersilakan untuk membuka seminar sekaligus memberi sambutan.
Saat itulah ia sekalian memperkenalkan jajaran panitia.
Termasuk Fatin yang disebutnya sebagai staf Hotel Tiara termuda. Tugas mereka membantu panitia inti yang dikomandani oleh Manager Rieki.
(Bersambung)