SALVADOR -- Dalam sejarah sepak bola, Amerika Serikat (AS) jelas bukan nama besar yang perlu Belgia cemaskan. Begitu pun jika melihat rekor pertemuan AS dengan Belgia, Negeri Paman Sam dua kali bertekuk lutut kala bertemu si Setan Merah pada 2011 dan 2013 dalam laga persahabatan. Kemenangan 3-0 AS atas Belgia pada Piala Dunia pertama 84 tahun lalu terlalu usang dan mungkin sudah tak berlaku jika dibandingkan dengan kekuatan kedua tim saat ini.
Meski tak diunggulkan, AS siap mengancam lawan mereka dengan serangan-serangan mematikan yang dibangun Clint Dempsey dan kawan-kawan. Tim yang memiliki julukan the Yanks ini juga bertekad menghancurkan catatan tak terkalahkan Belgia di Piala Dunia kali ini di Arena Fonta Nova, Salvador, pada Rabu (2/7) pukul 03.00 WIB.
"Kami percaya kami memiliki kepercayaan diri yang cukup untuk mengalahkan mereka (Belgia). Kami tahu harus kerja ekstra keras untuk mewujudkan ini (kemenangan)," kata pelatih AS Juergen Klinsmann, seperti dikutip Reuters.
Klinsmann bahkan kembali menebar sensasi dengan meminta perubahan jadwal tiket pulang seluruh pendukung AS setelah partai final Piala Dunia. AS boleh yakin, tetapi Belgia bukan lawan yang mudah.
Sebelum kick-off Piala Dunia berlangsung, banyak pengamat yang menilai Belgia bukan sekadar kuda hitam Eropa, melainkan penantang serius. Nama-nama besar di skuat Belgia seperti Thibaut Courtois, Eden Hazard, dan Romelo Lukaku cukup menjadi alasan yang logis untuk mewaspadai kekuatan anak asuh Marc Wilmots itu. Sesuai prediksi, Belgia pun berhasil menyapu bersih kemenangan di Grup H.
Akan tetapi, Belgia dengan segudang bintangnya belum bisa memuaskan para penggila bola. Eden Hazard dan kawan-kawan selalu menang dengan skor tipis, 2-1 melawan Aljazair dan 1-0 melawan Rusia serta Korea Selatan. Memiliki kemampuan menyerang luar biasa, Belgia justru seakan mengabaikan itu dan memilih menjaga gawangnya baik-baik.
Pelatih Belgia Marc Wilmots menilai permainan indah bukan prioritas baginya. Menurut mantan pemain Belgia era 90-an itu, setiap pertandingan adalah ajang adu taktik dan kekuatan fisik. "Yang terpenting di akhir pertandingan adalah hasil. Memenangkan pertandingan dengan gaya permainan apa pun," kata Wilmots, seperti dikutip Reuters, Ahad (29/6).
Tak ada pihak yang bisa menyalahkan keputusan Wilmots sepanjang Belgia masih mencatat hasil positif. Gawang Belgia di bawah pengawalan Thibaut Courtois hanya jebol sekali. Itu pun berasal dari tendangan penalti pemain Aljazair, Sofiane Feghouli.
Courtois bahkan belum pernah sekali pun kalah dalam 20 penampilannya bersama Belgia. Kiper dengan tinggi 1,98 meter itu bertekad akan mempertahankan raihan tersebut. "Tetap berkonsentrasi penuh sepanjang 90 menit adalah kualitas saya," kata kiper berusia 22 tahun itu.
Ia mengakui, permainan Belgia masih di bawah standar yang mereka bisa tunjukkan. Namun, raihan sembilan poin di fase grup cukup memuaskan Courtois yang baru merasakan turnamen Piala Dunia untuk pertama kali.
Sependapat dengan Wilmots, Courtois pun mengutamakan kemenangan ketimbang menunjukkan permainan menawan melawan AS. "Lebih baik kami tidak menunjukkan permainan sempurna di Piala Dunia dari pada pulang," kata Courtois.rep:c71 ed: abdullah sammy