Jumat 03 Oct 2014 15:00 WIB

BPRS Siap Bersaing dengan BUS

Red:

JAKARTA -- Di tengah-tengah gencarnya upaya bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) menyasar pembiayaan untuk segmen mikro, bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) menerapkan strategi bertahan pendekatan kekeluargaan dengan debitur dan kecepatan pencairan.

Sekretaris Perusahaan BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Abdul Muid Badrun mengakui, saat ini BUS maupun UUS ikut membidik pembiayaan untuk segmen pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Padahal, segmen mikro menjadi sasaran BPRS, termasuk pihaknya.

"Pembiayaan segmen mikro seperti gadis muda yang sedang diperebutkan pria. Pembiayaan untuk pasar mikro semakin ramai dan pemetaannya tidak jelas," katanya kepada Republika di Jakarta, Rabu (1/10).

Apalagi, kata dia, BUS maupun UUS tersebut memiliki keunggulan di bidang teknologi informasi (TI). Apalagi, kata dia, TI BUS masih dibantu induknya, seperti Bank Syariah Mandiri (BSM) hingga Bank Nasional Indonesia (BNI) Syariah. Artinya, skala usaha BPRS memang masih kecil dibandingkan dengan BUS.

Namun, pihaknya tidak patah arang. Untuk tetap merebut kue pembiayaan, pihaknya menerapkan beberapa strategi. Di antaranya, tanggapan ke peminjam (debitur) dan menerapkan pendekatan layanan yang baik. Sehingga, debitur merasa BPRS HIK seperti miliknya sendiri.

Pihaknya melakukan pendekatan kekeluargaan dengan mendengarkan apa yang peminjam butuhkan. Selain itu, ada pendampingan untuk debitur ketika menggunakan uangnya untuk kelancaran usaha. "Strategi lainnya adalah kecepatan pencairan pembiayaan dan kepastian pemberian pinjaman," katanya.

Diakuinya, BUS dan UUS memang memiliki biaya administrasi pinjaman yang lebih rendah dibandingkan BPRS. Tapi, pencairan pinjaman dari BUS dan UUS membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan BPRS. Ia mencontohkan, jika seseorang yang meminjam uang Rp 5 miliar di BUS, maka prosesnya membutuhkan waktu sampai 2 bulan. Sementara proses pencairan peminjaman dengan nominal yang sama dari BPRS hanya selama dua sampai tiga pekan.

"Akhirnya, debitur lebih tertarik meminjam di BPRS. Mereka butuh kecepatan mengakses uang karena untuk usaha mereka," ujarnya. Yang juga menjadi senjata andalan BPRS untuk membiayai segmen mikro adalah melalui rantai manajemen, yaitu promosi mulut ke mulut. Jika ada satu debitur yang sudah mendapatkan pinjaman dari BPRS HIK bisa memperkenalkan BPRS ini ke orang lain. Apalagi, batas maksimum pinjaman BPRS HIK cukup besar untuk ukuran BPRS, yaitu hingga Rp 7 miliar.

"Kalau kita mau responsif dan berpengaruh maka kita perlu menciptakan pasar sendiri, garap pasar, treatment dengan baik. Sehingga, urusan dari hulu ke hilir baik. Kalau sudah cocok dengan layanan kita, peminjam akan setia," ujarnya.

Karena cara-cara yang diterapkan itu, realisasi pembiayaan BPRS HIK per Agustus 2014 meningkat sebesar 16 persen atau sebanyak Rp 340,845 miliar. Padahal, di periode yang sama tahun lalu BPRS HIK memberikan pembiayaan sebesar Rp 293,484 miliar. Selain itu, jumlah aset year on year (yoy) per Agustus 2014 sebesar Rp 391,6 miliar. Jumlah ini meningkat hingga 16 persen dibandingkan jumlah aset pada periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar Rp 326 miliar.

Direktur Utama BPRS Patriot Kota Bekasi Syahril T Alam mengatakan, BUS dan UUS sudah sejak lama mengincar pasar mikro. BUS dan UUS juga diakuinya unggul dari sisi TI. Untuk memenangkan persaingan, pihaknya menguatkan industri secara keseluruhan dan memberikan pelayanan yang baik.

"Kami menerapkan pelayanan cepat, sederhana, tidak bertele-tele, mudah, dan bisa bersaing. Kalau perlu mendekati peminjam, misalnya, akad (peminjaman) di pasar," ujarnya.

Pihaknya sangat menekankan pelayanan karena nasabah atau debitur akan bersikap loyal kalau diberi layanan yang baik. rep:rr laeny sulistyawati ed: irwan kelana

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement