Dari sekian banyak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Jakarta, hanya sedikit yang mampu mengelola limbah-limbah tersebut menjadi hal yang berguna. Satu di antaranya adalah TPA Rawa Kucing, Tangerang, yang mampu mengubah sampah menjadi sumber energi berupa gas metan.
Petugas TPA Rawa Kucing Arif budiman mengatakan, jika dimanfaatkan secara benar, sampah bisa dimanfaatkan menjadi bahan bakar gas. "Yang pasti, setiap sampah menghasilkan gas metan. Jadi, bagaimana kita menolah sampah tersebut menjadi gas metan," kata Arif ketika berbincang dengan Republika di TPA Rawa Kucing, Neglasari, Kota Tangerang, Ahad (3/8).
Dijelaskan Arif, dalam proses pengambilan gas metan, petugas menggunakan drum khusus yang diletakkan di dalam tumpukan sampah. Setiap drum dipasang pipa penyalur gas yang dilengkapi blower yang berfungsi menyedot gas metan yang telah ditampung di dalam drum.
Gas metan, kata Arif, berasal dari hasil pembusukan sampah yang telah lama ditumpuk dengan volume tertentu. Menurutnya, ada dua manfaat dari hasil pemanfaatan sampah tersebut menjadi sumber energi. "Yang pertama, bisa diubah jadi energi panas, yang kedua bisa diubah menjadi energi listrik," ucap Arif.
Energi panas bisa dimanfaatkan, seperti gas LPG yang digunakan di kompor-kompor rumah tangga. Arif mengklaim, api yang yang dihasilkan cukup bagus. Sebab, api dari energi panas tersebut berwarna biru. "Yang menandakan, kualitas api yang layak digunakan untuk memasak," ujar dia.
Tidak hanya untuk memasak, gas metan juga bisa dijadikan bahan bakar untuk mengaktifkan genset. "Genset yang kecil bisa menghasilkan 5.000 watt, yang besar 60 ribu watt. Namun, saat ini kita baru berhasil yang 5.000 watt karena yang besar masih tahap pengembangan," ujarnya.
Manfaat gas metan dari sampah itu pun kini dirasakan warga sekitar. TPA mendistribusikan pemanfaatan energi panas tersebut kepada 10 rumah di sekitar TPA.
Sayangnya, untuk gas metan, warga harus menyalakannya secara bersama-sama. "Makanya, kita juga butuh kerja sama dengan warga untuk kesepakatan waktunya," kata Arif.
Arif menyatakan, gas metan tersebut belum bisa ditampung di dalam tabung, seperti gas LPG. Mahalnya alat menjadi kendala.
"Pernah kita uji menggunakan tabung LPG 12 kg, cuma bertahan 10 menit saja karena udaranya lebih banyak," tuturnya. rep:c80 ed: karta raharja ucu