JAKARTA--Polda Metro Jaya sedang mendalami kasus seorang wanita bernama Wayan Mirna L Salimin (27 tahun) yang tewas usai minum kopi vietnam di Restoran Olivier, Grand Indonesia (GI), Jakarta Pusat, Rabu (6/1) malam. Polda Metro meminta masyarakat tak langsung menelan kabar dari postingan di media sosial (medsos) yang menyebut kematian Mirna akibat racun.
"Kematian Mirna masih diselidiki," ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Metro Jaya Kombes Mohammad Iqbal kepada Republika, Ahad (10/1).
Kematian Mirna sampai saat ini memang masih menjadi kasus misterius hingga simpang siur kabar pun tidak dapat dihindari. Ada yang menyebutkan bahwa sebelumnya Mirna sedang sakit atau sedang mengonsumsi obat diet. Bahkan, kabar tentang Mirna meninggal tidak wajar alias dibunuh dengan sengaja oleh temannya sendiri juga beredar.
Menanggapi simpang siur kabar tersebut, Iqbal berharap kepada masyarakat untuk tidak menelan informasi apa pun selain informasi resmi dari pihak kepolisian. "Seharusnya, enggak boleh bilang begitu, hati-hati bicara, yang update di medsos katanya korban dikasih racun tikus, saya baca itu, mending lapor polisi supaya tidak muncul pelanggaran ITE," katanya.
Sementara, keluarga Mirna sempat tidak memberikan izin pada pihak kepolisian untuk melakukan autopsi terhadap jenazah Mirna. Namun, setelah dilakukan diskusi, ayah Mirna memberikan izin pada Sabtu (9/1), sekitar pukul 22.00 WIB. "Jadi, semalam, saya bersama Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Krishna Murti mencoba menjelaskan pada ayahnya prosesnya begini-begini, akhirnya ia menerima," ujar Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabiddokes) Polda Metro Jaya Kombes Musyafaq ketika dihubungi Republika, Ahad.
Musyafaq menambahkan, untuk menegakkan hukum proses autopsi ini sangat dibutuhkan. Sehingga, ayah Mirna bersedia memenuhi permintaan kepolisian.
Menurut Musyafaq, dari hasil autopsi, ditemukan adanya pendarahan pada lambung Mirna. Lambung seseorang bisa berdarah disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah kalsium sianida, yaitu kalsium yang memiliki kandungan asam paling kuat yang dapat merusak jaringan lambung.
Saat ditanya Republika, kemungkinan ditemukan kandungan sianida dalam kopi yang dikonsumsi Mirna, Musyafaq membantah. Menurutnya, hingga saat ini kasus tersebut masih dalam proses penyelidikan. "Kata siapa? Hasil pemeriksaannya kan belum keluar, jadi belum ada kesimpulan itu," ujar dia.
Autopsi yang dilakukan oleh pihak kepolisian, kata Musyafaq, bertujuan untuk mencari tahu penyebab awal tewasnya Mirna. Namun, perlu kesabaran untuk mengumpulkan bukti-bukti tersebut terlebih dahulu. "Untuk memastikannya, kami juga akan mengambil sampel dan menyamakan hasilnya," ucapnya.
Musyafaq menjelaskan, setelah dilakukan autopsi, ia juga mengambil sampel lambung dan juga hati korban. Sampel tersebut kemudian akan dicocokkan hasilnya dengan penyelidikan pada kandungan yang ada di dalam kopi yang diminum Mirna. "Mau dilihat lagi kandungannya yang ada di lambung dan hati akan disamakan dengan kandungan yang ditemukan di kopi," ungkapnya.
Hingga saat ini, Musyafaq mengatakan, pihak kepolisian masih terus melakukan penyelidikan. ''Lebih tepatnya, masih sedang menunggu hasil dari laboratorium,'' jelasnya.
n c30 ed: endro yuwanto