REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Bocoran dokumen Amerika Serikat yang diunggah Wikileaks menyebut kecerobohan yang terjadi di tahanan terorisme Guantanamo. Mereka menyebut, banyak tahanan yang tak tahu menahu "dicomot kemudian diangkut" ke Guantanamo.
Situs Telegraph menyebut, seorang buruh tani buta huruf dan pengumpul kayu yang bahkan tidak tahu usianya sendiri berada di antara 150 orang yang tidak bersalah di penjara di Guantanamo Bay, dokumen rahasia mengungkapkan.
Mohammed Nasim, ayah tiga anak, ditangkap karena namanya terdengar sama dengan aktivis Taliban yang kerap siaran di radio memberikan informasi tentang pergerakan pasukan AS. Nasim dikirim ke Guantanamo bersama dengan puluhan petani yang tidak bersalah lainnya, penjual karpet, koki, dan sopir taksi. Ia ditangkap tak lama setelah Amerika Serikat dan Aliansi Utara menyapu pasukan Afghanistan setelah jatuhnya Taliban pada tahun 2001. Yang lainnya dijual kepada Amerika oleh panglima perang oportunistik dengan imbalan ribuan dolar.
Wikileaks, seperti dikutip Telegraph menyebut Nasim sedang melakukan perjalanan ke desa saudaranya untuk merayakan hari libur Idul Fitri ketika ia ditangkap. "Pasukan AS menanyakan ke desa mana mereka akan menuju. Ketika menyebutkan nama desa tujuan mereka, keduanya ditangkap," tulis laporan itu.
Selama di tahanan, ia dipanggil Mullah Nasim, walau belakangan mereka tahu, Nasim bukanlah orang yang dimaksud. Namun, Nasim, yang berusia sekitar 60 tahun ketika ia ditangkap, namun ia tetap dikirim ke Guantanamo.
Kini, Nasim termasuk dalam 201 tahanan yang dibebaskan setelah review pada tahun 2004, yang berarti bahwa kisah-kisah mereka belum pernah didengar.
Selain mereka, ada sekitar 20 anak-anak yang juga ditahan di kamp dengan alasan sama. Bbeberapa di antaranya telah mengalami cobaan yang mengerikan di tangan komandan Taliban sebelum ditangkap oleh pasukan AS.
Naqib Ullah berusia 14 tahun ketika ia diculik di bawah todongan senjata, diperkosa oleh 11 laki-laki dan dimasukkan untuk bekerja di kompleks panglima perang Taliban Samoud Khan. Ia ditangkap setelah tiga hari serangan pasukan AS pada bulan Desember 2002, dan dikirim ke Guantanamo dua bulan kemudian. File tentang dia menyebutnya sebagai "korban penculikan dan wajib militer paksa sebuah suku lokal". Dia dianggap bersalah tapi dibebaskan pada Januari 2004.
Ada enam dari orang-orang yang tidak bersalah di Guantanamo yang berusia di atas 65, termasuk seorang pria 89 tahun dengan kanker prostat, pikun, depresi berat, dan osteoarthritis.
Mohammed Sadiq, ditangkap setelah telepon satelit dan daftar nomor Taliban milik tetangganya ditemukannya. Interogasi berulang dan tes detektor kebohongan di Guantanamo menunjukkan bahwa ia tidak punya pengetahuan terhadap Taliban dan "tidak tahu bagaimana mengoperasikan telepon". Ia dibebaskan pada September 2002.
Sejauh ini, belum ada pejabat yang berkomentar atas beredarnya dokumen itu.