REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kesuksesan pelaksanaan Kongeres Luar Biasa PSSI di Solo bukan berarti menghapus ancaman sanksi FIFA terhadap persepakbolaan Indonesia. Ancaman pembekuan masih berlaku hingga Indonesia mampu menyelesaikan dualisme dalam kompetisi sepak bola nasional. Penyelesaian polemik Liga Premier Indonesia (LPI) masi menjadi permasalahan serius yang harus segera dituntaskan PSSI.
Perwakilan FIFA yang hadir dalam kongres di Solo sempat mengutarakan pada Repuiblika bahwa federasi sepak bola dunia itu masih akan memantau perkembangan kompetisi Indonesia. Bila sampai akhir bulan PSSI belum bisa memformulasikan posisi LPI dalam persepakbolaan Indonesia, maka FIFA tidak segan menjatuhkan sanksi.
“Saya kira kongres menjadi awal yang sangat bagus walau belum tentu berarti segala masalah usai. Kini promblemnya tinggal penyelesaian polemik LPI,” kata Primo ketika berbincang santain dengan Republika seusai pelaksanaan kongres yang berakhir, 9 Juli di Solo.
Alasan ancaman surat sanksi FIFA, dinilai Carvaro sangat jelas. Bukan semata-mata kebuntuan dalam proses suksesi keepemimpinan organisasi PSSI, tapi juga kemunculan liga sepak bola di luar aturan FIFA. Itulah yang jadi persoalan utama.
Atas alasan itu FIFA membentuk Komite Normalisasi yang diketauai Agum Gumelar. Namun hingga berakhirnya tugas KN, masalah LPI belum terpecahkan.
Ini artinya PR besar bagi kepengurusan PSSI baru di bawah komando Djohar Arifn Husin dan Farid Rahman. “Kami harap permasalahan ini segera dapat diselesaikan karena kami kembali akan melakukan peninjauan pada pertengahan bulan ini,” tutup Carvaro.