REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI – Perajin bedug di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mengalami "kebanjiran" pesanan untuk membuat perlengkapan penanda waktu shalat itu saat Ramadhan hingga terpaksa menambah jam kerja.
"Selama Ramadhan ini ada empat pesanan, dua dari Jakarta dan sisanya dari sekitar Kediri saja," kata Suhadak (53), salah seorang perajin bedug asal Desa Badal, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, Ahad (14/8).
Suhadak mengungkapkan, permintaan pembuatan bedug tidak rutin ada setiap bulan dengan jumlah yang banyak—lebih dari dua buah—mengingat bedug adalah benda tahan lama. Untuk menyiasati pesanan yang bertambah, ia terpaksa menambah jam kerja para pegawainya. Termasuk hingga lembur, jika memang pesanan banyak dan belum selesai.
Menurut Suhadak, proses pembuatan bedug ini tidak terlalu sulit. Awalnya, kayu trembesi dipotong sesuai dengan ukuran bedug yang akan dibuat dengan menggunakan gergaji mesin. Kayu itu dilubangi dengan gergaji pula, hingga bisa dimanfaatkan untuk pembuatan bedug maupun mebel lain yang lebih kecil. Setelah jadi, bedug dihaluskan dengan amplas, lalu dipelitur agar warnanya lebih menarik.
"Setelah itu, masing-masing sisi diberi kulit sapi sebagai media untuk tabuhan. Suara dari kulit itu nanti yang menjadi pertanda dan ditabuh saat masuk waktu shalat," ujarnya.
Waktu yang dibutuhkan untuk membuat bedug tidak lama, hanya sekitar lima hari, karena memang sebelumnya sudah ada stok bahan. Kalau mulai dari awal seperti mencari kayu hingga dibuat bedug bisa mencapai waktu dua pekan.
Untuk masalah harga, kata Suhadak, tergantung dari besarnya bedug yang dibuat. Untuk ukuran bedug hingga diameter 90 centimeter harganya bisa mencapai Rp 12 juta, sementara yang berdiameter 1,5 meter bisa sampai Rp 22 juta. Sementara kentongan, harganya berkisar sekitar Rp 5 juta.
Ia juga mengaku pernah membuat bedug dengan diameter hingga 2,5 meter. Bedug itu juga terbuat dari kayu trembesi yang ia jual dengan harga Rp 55 juta. Selain memenuhi pasar dalam negeri, Suhadak juga telah merambah negara lain untuk usaha yang ia rintis sejak 1990 itu. Beberapa negara tujuan di antaranya ke Belanda, Amerika Serikat, Brunei Darussalam, hingga Jepang.