Rabu 21 Sep 2011 13:28 WIB

Menteri Agama Sepakati MTQ 2012 di Ambon

REPUBLIKA.CO.ID,AMBON--Menteri Agama Republik Indonesia Suryadharma Ali seperti disampaikan Wakil Ketua DPRD Maluku Lucky Wattimury menyepakati pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur'an tingkat nasional 2012 tetap berlangsung di Ambon, Ibu kota Provinsi Maluku. "Dari percakapan antara pimpinan DPRD bersama Pemprov Maluku dan Latupati (pemangku adat) Pulau Ambon dengan Menteri Agama, disekapati MTQ 2012 tetap berjalan sesuai rencana semula," kata Lucky di Ambon, Rabu.

Keberangkatan pimpinan DPRD bersama Gubernur dan para Latupati menemui Menteri Agama dan Menkokesra Agung Laksono di Jakarta ini untuk meminta penyelenggaraan MTQ tidak dialihkan ke daerah lain berkaitan dengan merebaknya bentrokan antarwarga Minggu siang (11/9).

Menurut Wattimury, komitmen masyarakat Maluku untuk mensuskseskan momentum MTQ bukanlah sebuah komitmen yang hanya sebatas retorika, tapi ini lahir dari sebuah ketulusan hati masyarakat yang paling dalam.

Untuk menyambut kegiatan nasional yang bakal dihadiri para khafilah dari seluru Indonesia ini, Pemprov telah melakukan berbagai persiapan sarana dan prasarana tempat berlangsungnya MTQ, berkoordinasi dengan seluruh pengusaha hotel dan penginapan hingga pembangunan tribun di Lapangan Merdeka Ambon sebagai tempat berlangsungnya perlombaan.

Setelah melakukan pertemuan dengan Menteri Agama, DPRD bersama para latupati mengikuti kegiatan halal bi halal yang diselenggarakan Pemprov dengan masyarakat Maluku yang ada di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi (Jabodetabek). 

"Cukup banyak masyarakat yang hadir dan disitu kita melihat bagaimana semua orang dengan penuh kesukacitaan berkumpul dan saling berbaur tanpa memandang latar belakang dari golongan mana," katanya.

Warga Maluku yang hadir dalam acara halal bi halal ini juga memiliki komitmen yang sama dalam semangat persaudaraan untuk mengutuk peristiwa bentrokan 11 September agar tidak terulang lagi sebab persoalan ini hanya minggalkan kesengsaraan bagi masyarakat.

"Anak-anak kita tidak bisa mengikuti proses pendidikan dengan baik karena rasa khawatir atau bangunan sekolahnya ditempati pengungsi dan akhirnya program belajar-mengajarnya jadi terganggu," kata Wattimury.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement