Selasa 27 Sep 2011 20:29 WIB

Warga Lokal dan Komunitas Muslim Davis Bangun Masjid Pertama

Rep: Agung Sasongko/ Red: Krisman Purwoko
Masjid serba biru komunitas muslim Davis
Foto: sacbee.com
Masjid serba biru komunitas muslim Davis

REPUBLIKA.CO.ID,DAVIS—Sederhana dan serba biru. Demikian karakteristik Masjid kebanggaan komunitas Muslim Davis, AS. Masjid ini baru saja dibangun. Yang hebat, kelahiran Masjid melibatkan berbagai pihak. Tidak hanya komunitas Muslim. Warga lokal non-Muslim juga turut andil. Situasi itu jelas berbeda dengan wilayah lain di AS. 

Masjid ini saat proses pembangunannya tidak mengundang kontroversi melainkan antusiasme tinggi warga lokal. Pekan lalu, setelah tiga dekade lalu, impian komunitas Muslim Davis terwujud. Rasa haru dan bangga segera terukir saat peletakan teralis melati yang menggantung di dekat pintu Masjid. “Alhamdulillah, akhirnya selesai,” papar Othman Alsoud, Imam Masjid. 

Alsoud mengatakan masjid ini begitu istimewa lantaran bukan hanya milik umat Islam tapi seluruh umat beragama. Menurutnya, mustahil bangunan Masjid yang berlokasi di Russell Boulevard ini, dapat berdiri hanya dengan hanya menggunakan satu tangan saja. 

Boleh dibilang, pembangunan Masjid yang melibatkan warga lokal merupakan periode bersejarah selepas tragedi 9/11. Ada masyarakat AS yang tak menutup mata atas kehadiran saudara mereka yang berbeda keyakinan. Situasi itu jelas melegakan, apalagi dalam hasil riset yang rilis Agustus silam, oleh Lembaga Riset Pew Forum, menyebutkan dalam tiga tahun terakhir, 37 Masjid dan Islamic Center yang diusulkan mengalami penolakan dari warga lokal. 

Alasan mereka, terkait masalah parkir dan lalu lintas. Namun, akhir dari penolakan tak jauh dari kecurigaan terhadap Islam., "Setelah 9 / 11, penolakan terhadap kehadiran Masjid jauh menurun,” kata Ihsan Bagby, seorang profesor Studi Arab dan Islam University of Kentucky. Ihsan mengatakan penolakan lebih dominan terhadap kecurigaan terhadap terorisme. 

Penolakan kian menjadi setelah muncul rencana pembangunan Islamic Center Ground Zero, New York. Akan tetapi tidak semua wilayah AS mengalami penolakan. Warga Davis, Sacramento menerima Islam sebagai kekayaan budaya lokal. Tak heran, mereka cenderung menerima meski ada beberapa pihak yang kritis. 

Anggota dewan Asosiasi Lingkungan Davis, Vince Sturla menyatakan keberagaman merupakan bagian dari kehidupan. Untuk itu, tidak perlu terkejut melihat adanya perbedaan dalam kehidupan. “Biarkan perbedaan itu mengalir,” paparnya. 

Masjid Pertama Butuh satu dekade lamanya, komunitas Muslim Davis membangun Masjid pertamanya. Sangat wajar, bila komunitas Muslim bersuka cita. Sebab, dengan populasi Muslim yang cukup besar, sebagian besar mahasiswa Muslim, mereka membutuhkan sebuah bangunan Masjid. “Mereka yang datang adalah mahasiswa dan tinggal sementara. Mereka tidak memiliki uang untuk membangun Masjid,” kata Alsoud. 

Rencana pembangunan Masjid Davis dirintis oleh para mahasiswa Universitas of California pada tahun 1982. Diawal mereka membeli sebuah rumah lalu disulap menjadi Masjid. Lantaran populasi yang bertambah, bangunan itu tidak lagi cukup menampung jamaah. Lalu terlintas untuk mengembangkan kapasitas. Untuk itu. dibutuhkan dana yang besar. 

Selanjutnya, mereka mencari sumbangan mulai dari nilai nominal kecil hingga sumbangan perkakas dan kebutuhan bangunan dengan nilai nominal cukup besar yakni mencapai 800 ribu dolar. Tahun 2005, rumah itu dibongkar. Lalu dikonstruksi ulang. 

Selagi proses pembangunan, para jamaah melaksanakan shalat di sebuah gedung dekat pusat kota. Sejak awal, para pemimpin masjid mengulurkan tangan kepada masyarakat Davis. Mereka mengundang warga untuk mengunjungi Masjid selama bulan Ramadhan dan meminta masukan selama tahap perencanaan. "Kami menghadiri rapat komisi perencanaan dan terlibat dalam proses," kata Sturla. 

Saat itu ia menyampaikan keluhan warga lokal terkait parkir. "Dalam hal dukungan lingkungan, kita dengan tulus merasa warga Amerika berhak mempraktekkan agama mereka," tulis Sturla. Tahun 2008, masjid biru kecil diresmikan. "Saya tidak berpikir pernah menangani sebuah proyek membangun Masjid," kata arsitek Maria Ogrydziak. 

"Mereka (komunitas Muslim) dengan segala keterbatasan tidak menyerah. Itulah mengapa saya menyebutnya Masjid sederhana yang luar biasa,” paparnya. Alsoud baru-baru ini memberikan tur singkat kepada warga lokal untuk mengunjungi masjid. Ia perlihatkan ruang shalat untuk pria dan wanita, dapur kecil, perpustakaan, ruang anak-anak dan toilet. 

Alsoud mengatakan, ia akan terus mengundang non-Muslim ke rumah ibadah seluas 4.000 meter persegi tersebut. "Ketika saya melihat di sekitar masjid, saya melihat wajah orang-orang yang berkontribusi,” pungkasnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement