Senin 10 Oct 2011 19:31 WIB

Gagalnya Rencana Pembunuhan Qaddafi

Qaddafi
Qaddafi

REPUBLIKA.CO.ID, LIBYA - Tiga pria dari Benghazi gagal membunuh Moammar Qaddafi beberapa dekade lalu. Namun saat ini mereka gembira bahwa rezim yang sempat memenjarakan dan menyiksa mereka telah digulingkan. Mantan orang nomor satu di Libya itu pun kini tak diketahui keberadaannya.

Tiga puluh tahun kemudian, lanjutan konspirasi mereka itu memantik pergolakan yang akhirnya berujung kepada tergulingnya orang nomor satu di Libya itu. Abdullah Ahmed al-Shaari (72), Nasser Abdul Salam al-Tarshani (46), dan Jamal Saed (48), berada di antara 44 orang yang berasal dari kota di timur Libya yang ditangkap pada 1981 dan dipenjarakan selama tujuh tahun atas upaya mereka membunuh Qaddafi dalam sebuah acara pembukaan pasar swalayan.

"Kami gagal membunuh Qaddafi kala itu, namun kini kami senang ia tak lagi berkuasa," kata Shaari, yang merupakan pejabat eksekutif salah perusahaan minyak ketika ia ditangkap rezim.

Shaari dan beberapa anggota keluarganya, termasuk saudara laki-lakinya Fathi -- otak di balik rencana pembunuhan itu -- ditangkap dan disiksa bersama puluhan orang lain atas tuduhan perencanan pembunuhan. Shaari mengatakan bahwa Fathi, yang berprofesi sebagai pilot militer, dijatuhi hukuman mati.

Namun, ia yakin bahwa saudaranya itu sebenarnya tewas dalam pembantaian Abu Salim yang terjadi beberapa tahun setelah ia ditangkap. "Setelah dia ditangkap kami tak pernah melihatnya," katanya tentang Fathi yang kala itu berusia 26 tahun.

Dia kemudian menunjukkan sejumlah dokumen pengadilan militer yang berisikan rincian dakwaan atas tuduhan pembunuhan Qaddafi itu kepada reporter AFP. Penjala Abu Salim di Tripoli merupakan tempat pembantaian brutal yang dilakukan oleh rezim pada 1996.

Lebih dari 1.700 jenazah tahanan yang tewas dalam pembantaian itu kemudian ditemukan di sebuah kuburan massal pada bulan lalu, Selama bertahun-tahun kelompok hak asasi manusia (HAM) internasional telah mendesak rezim Qaddafi agar memperjelas nasib para tahanan yang tewas ketika terjadi kerusuhan di penjara itu.

Aksi demonstrasi pertama yang membawa keruntuhan rezim Qaddafi bulan lalu itu meletup pada Februari di Benghazi. Saat itu para anggota keluarga korban pembantaian Abu Salim melakukan protes atas penangkapan yang dilakukan rezim terhadap kuasa hukum mereka.

"Saya disiksa dan dipukuli selama 15 hari," kata Shaari yang menceritakan kisahnya 30 tahun lalu kepada AFP. "Mereka biasa memukuli punggung dan kaki saya dengan kabel listrik serta tongkat. Tubuh saya digantung terbalik dari langit langit dan terus dipukuli. Saya bahkan sempat mencoba bunuh diri karena rasa sakit yang tak tertahankan," tuturnya.

"Biasanya saya dibangunkan empat kali pada malam hari untuk dipukuli. Terkadang mereka juga mendorong saya ke lantai. Semua peristiwa itu disaksikan oleh Abdullah al-Senussi. Senussi adalah kotak hitam rezim Qaddafi," kata Shaari.

Senussi, yang merupakan kepala intelijen zaman rezim, saat ini berstatus sebagai buronan Pengadilan Kriminal Internasional bersama Qaddafi dan anaknya Seif al-Islam. Sementara itu korban lainnya, Saed, mengatakan bahwa rencana pembunuhan Gaddafi itu tercetus di rumah Shaari.

Namun rencana mereka gagal karena Qaddafi terus mengubah tanggal pembukaan pasar swalayan yang menjadi tempat target pembunuhan. "Akhirnya ia datang untuk meresmikan pasar swalayan itu pada pukul 14.00 tanggal 3 April 1981. Kami gagal melaksanakan rencana. Bukannya dia tahu tentang rencana itu, tapi memang itu cara dia beroperasi," kata Saed, yang kini berprofesi sebagai bankir di Benghazi.

Ia mengatakan bahwa pada pembukaan pasar swalayan itu, beberapa anggota dari kelompok mereka yang bersenjatakan sebuah pistol dan granat sempat mencoba untuk mendekat kepada Gaddafi, namun mereka tidak berhasil melakukannya.

"Sebagian besar dari kami masih remaja pada saat itu. Saya rasa salah satu dari kami (yang tergabung dalam 44 orang itu) membocorkan rencana itu kepada seseorang beberapa bulan kemudian dan intelijen Qaddafi berhasil mengetahuinya, setelah itulah kami ditangkap," beber Saed.

Saed mengatakan pada masa empat tahun terakhir dari tujuh tahun hukumannya mereka semua ditahan di penjara Abu Salim dan tidak diperbolehkan berhubungan dengan sanak saudara. "Anda dapat mengatakan bahwa kami lah para tamu pertama Abu Salim. Saat itu penjaranya masih baru," kata Tarshani, yang sebelumnya ingin menjadi pilot namun kini berprofesi sebagai supir taksi.

Shaari mengatakan selama di penjara kelompok itu tetap bersama dan bahkan sempat mempelajari berbagai bahasa asing. "Saya bisa berbahasa Inggris, sehingga saya mengajarkannya kepada mereka. Ada orang yang juga bisa bahasa Italia, jadi kami belajar bahasa Italia juga," katanya.

Sebagai bukti atas kelas bahasa yang sempat mereka alami di penjara, ketiganya kemudian menunjukkan beberapa lembar kertas, catatan tua, sobekan kemasan susu dan beberapa pak rokok yang bertuliskan kata dan kalimat dalam bahasa Inggris dan Italia.

Ketiga pria itu sangat senang akhirnya Gaddafi berhasil digulingkan. "Kami masih belum bisa mempercayainya, hal itu seperti keajaiban, tetapi kini Libya telah bebas," kata Saed.

"Masa depan akan cerah. Rezim mana pun yang akan berkuasa pastinya akan lebih baik dari Gaddafi. Tidak ada yang lebih buruk dari rezim Gaddafi," katanya.

Shaari menambahkan bahwa ia yakin Gaddafi akan ditemukan hidup-hidup. "Gaddafi itu pengecut. Dia tidak cukup berani untuk melawan balik ataupun membunuh dirinya," katanya.

sumber : Antara/AFP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement