Setelah 42 tahun memegang kemudi negara yang kaya minyak, Muammar Qaddafi, akhirnya menyerah pada kekuatan revolusi. Dia memenuhi janjinya, mempertahankan pemerintahannya hingga titik darah penghabisan. Qaddafi meninggal di kota kelahirannya, Sirte.
REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Pada tahun 1977 ia mengubah nama negara itu menjadi Libya Jamahiriyah atau Great Socialist Popular Libyan Arab Jamahiriyah (State of the Masses).
Beberapa kritikus pemerintahannya mendefinisikannya sebagai sebuah kediktatoran militer, menuduhnya menindas masyarakat sipil, dan dengan kejam menghancurkan pembangkangan. Rezimnya telah memenjarakan ratusan orang dan beberapa dihukum mati, menurut Human Rights Watch.
Di Majelis Umum PBB pada tahun 2009, Qaddafi menuduh badan ini bagaikan kelompok terorisme seperti al-Qaeda.
Gaddafi mempertahankan posisi anti-imperialisme sepanjang pemerintahannya, mendukung gerakan-gerakan kemerdekaan melawan kekuasaan kolonial di seluruh dunia. Dia diduga memberikan dukungan material kepada kelompok yang diberi label "teroris" oleh negara-negara kaya, termasuk FARC Kolombia dan IRA di Irlandia Utara.
Libya dituduh terlibat dalam pemboman tahun 1986 atas sebuah klub malam di Berlin di mana dua tentara Amerika tewas. Ronald Reagan, presiden AS saat itu, menyebutnya "anjing gila dari Timur Tengah".
Meledak dan jatuhnya pesawat Pan Am tahun 1988 di atas Lockerbie mungkin merupakan insiden yang paling terkenal dan kontroversial terkait Qaddafi.
Selama bertahun-tahun, Qaddafi membantah keterlibatan, sehingga sanksi PBB dijatuhkan. Abdel Basset al-Megrahi, seorang agen intelijen Libya, dihukum karena dituduh menanam bom di pesawat itu.
Pada tahun 2003, rezim Qaddafi secara resmi menerima tanggung jawab atas serangan itu dan membayar kompensasi kepada keluarga orang yang meninggal. Inilah sikap melunak pertama Qaddafi.
Gaddafi juga memecahkan isolasi Libya pada tahun yang sama dengan melepaskan seluruh persediaan senjata pemusnah massal.