REPUBLIKA.CO.ID,JEDDAH--Fasilitas terminal barat bandara King Abdul Azis Jeddah yang minim membuat penerbangan pemulangan jamaah haji mengalami keterlambatan yang panjang. Embarkasi Solo mengalami keterlambatan pada hari pertama pemulangan, Juma(11/11) sampai sembilan jam.
Kloter pertama Solo tersebut seharusnya terbang pukul 18.30 waktu Arab Saudi. Namun pesawat Garuda baru bisa meninggalkan Jeddah pukul 03.50 waktu setempat atau pukul 09.50 WIB di hari Sabtu (12/11). ''Padahal pesawat Garuda untuk mengangkut jamaah dari embarkasi Jawa Tengah ini sudah siap terbang sejak pukul 16.00 waktu Arab Saudi,'' kata Senior Manager Perencanaan dan Kebijakan Haji PT Garuda Indonesia Sofyan Anwar kepada wartawan diJeddah, Sabtu (12/11).
Hasil evaluasi di lapangan, kata Sofyan, keterlambatan embarkasi Solo tersebut merupakan efek domino setelah penerbangan sebelumnya mengalami hal yang sama karena fasilitas bandara yang terbatas. ''Hal yang sama juga dialami jamaah embarkasi Jakarta yang dijadwalkan berangkat pukul 17.45 waktu Arab Saudi namun baru dapat terbang pukul 00.45 waktu setempat,'' tuturnya.
Menurut Sofyan, dari sisi Garuda, seluruh armada untuk mengangkut pemulangan jamaah haji di hari pertama Jumat tidak ada persoalan. Pesawat maupun kru sudah siap sejak tiga jam sebelum jadwal terbang. ''Pesawat pun dalam kondisi yang cukup baik dan tidak mengalami masalah teknis,'' paparnya.
Keterbatasan yang mempengaruhi kelancaraan pemulangan, kata Sofyan, antara lain gate yang diberikan untuk Garuda. Dengan hanya mendapat satu gate, jamaah harus mengalami antre yang sangat panjang karena dengan sepuluh kloter jumlah jamaah yang dipulangkan mencapai sekitar 4.000 orang.
Keterbatasan lainnya, kata Sofyan, tempat tunggu untuk penumpang yang hanya disediakan satu ruangan. Akibatnya ketika jamaah satu kloter sebelumnya masih berada di ruang tunggu maka kloter berikutnya tidak bisa masuk ke ruangan tersebut. ''Padahal ruang tunggu ini, tempat bagi para jamaah sebelum pemeriksaan x-ray barang bawaan,'' paparnya.
Masalah juga muncul, kata dia, karena fasilitas mesin x-ray untuk jamaah Indonesia hanya disediakan satu unit. Kondisi ini jelas memakan waktu karena apabila ada jamaah yang membawa barang yang dilarang maka tas-tas jamaah harus dibongkar petugas bandara Arab Saudi dan membutuhkan waktu yang lama.
Ketika banyak jamaah tertahan di pemeriksaan x-ray otomatis waktu untuk menggunakan ruang tunggu semakin lama. Padahal, di belakanganya sudah siap rombongan kloter lain yang akan menggunakan ruang tunggu tersebut.
Di samping itu, bus yang mengangkut penumpang menuju pesawat juga sangat terbatas. Pihak otoritas bandara hanya menyediakan empat bus dengan kapasitas 50 orang. Padahal jarak dari terminal menuju pesawat sekitar 2 kilometer (km). ''Hal ini pun menjadi kendala tersendiri di lapangan,'' ujar Sofyan.
Belum lagi, katanya, listrik di terminal barat tempat jamaah Indonesia sempat padam dua kali dengan satu jam lebih pada Jumat (11/11) sore. Setelah lampu hidup, jaringan komputer petugas Arab Saudi juga tidak bisa langsung berfungsi yang membuat penundaan penerbangan semakin panjang.
Untuk mengantisipasi keterlambataan tidak terulang, Garuda akan meminta gate tambahan, ruang tunggu, dan jumlah bus menjadi delapan unit. ''Kami akan meminta tiga gate dan tiga ruang tunggu,'' paparnya.