REPUBLIKA.CO.ID, PORT of SPAIN - Pemerintah Trinidad dan Tobago terus memberikan tekanan terhadap komunitas Muslim. Mereka mulai menangkapi warga Muslim yang dianggap membahayakan keamanan negara.
Pengusaha Muslim dari kawasan komersial Trinidad dan Tobago, La Romaine, Ashmeed Muhammad ditangkap atas tuduhan menjual senjata beserta amunisinya. Saat dimintai keterangan, Ashmeed mengatakan penangkapan atas dirinya merupakan bentuk tekanan terhadap komunitas Muslim.
"Saya tidak tahu apa yang direncanakan pemerintah. Bagi saya, apa yang mereka lakukan merupakan bentuk pengalihan perhatian dari apa yang terjadi," kata dia seperti dikutip dari Guardian.co.tt, Rabu (7/12).
Ashmeed menjelaskan semenjak rencana pembunuhan PM dan sejumlah menteri senior, pemerintah menunjukan kekuasannya dengan memberikan tekanan kepada Muslim. "Saya tahu mereka akan menekan komunitas Muslim. Saya sempat bertanya kepada petugas, mengapa saya ditangkap, lalu petugas mengatakan saya mungkin mengatakan sesuatu di telepon kemudian mereka mencatat dan menangkapku," ungkap dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah menuduh kalangan minoritas sebagai pelaku di balik usaha pembunuhan perdana menteri dan sejumlah menteri senior. Istilah minoritas yang dimaksud mengarah pada komunitas Muslim.
Organisasi Liga Muslim Trinidad (TML) sempat memprotes penggunaan istilah 'minoritas' oleh pemerintah dalam pernyataan resminya. Menurut TML, pernyataan itu menyudutkan sekaligus mengakibatkan munculnya rasa curiga masyarakat Trinidad terhadap komunitas Muslim.
Populasi Muslim di Trinidad dan Tobago mencapai 6 persen. Sebagian besar Muslim Trinidad dan Tobago merupakan keturunan India. Meski minoritas, mereka memiliki pengaruh di bidang plitik, ekonomi dan sosial. Sebagai pejabat yang terpilih berasal dari Muslim.