REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH - Ulama Arab Saudi, Mohammed al-Areefi meminta otoritas bandara untuk memberlakukan tes obat-obatan terlarang dan alkohol kepada mahasiswa Arab Saudi yang baru kembali dari studi di luar negeri. Permintaan itu, ia sampaikan dalam akun jejaring sosial Facebook miliknya.
Permintaan al-Areefi dilatarbelakangi kesaksian Hassan al-Kaaoud, mahasiswa Arab Saudi yang sempat belajar di Inggris. Dalam sebuah wawancara, Hassan mengatakan sekitar 80 persen mahasiswa Arab Saudi di Inggris mengkonsumsi alkohol dan berhenti menunaikan shalat lima waktu.
Pernyataan itu kontan memicu reaksi keras dari kalangan akademisi di Arab Saudi. Menurut mereka, apa yang dikatakan al-Areefi tidak pantas dan sembrono. "Apa yang dikatakannya tidak merujuk pada fakta-fakta ilmiah," ungkap Profesor Sosiologi, Nasser al-Oud, Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud seperti dikutip alarabiya.net, Senin (9/1).
Ia pun meminta dengan hormat kepada al-Areefi untuk memberikan data statistik yang akurat untuk membuktikan pernyataannya. "Seharusnya ia tidak perlu memberikan penilaian terkait dengan medis dan statistik," ketus al-Oud.
Menurut al-Oud, seharusnya pula al-Areefi tidak perlu ikut campur, utamanya memberikan usul kepada otoritas bandara terkait langkah-langkah keamanan yang perlu dilakukan.
Al-Oud menambahkan mahasiswa Arab Saudi diluar negeri merupakan yang terpilih dan terbaik. Jangan hanya karena sebuah pernyataan dalam jejaring sosial, mereka yang berprestasi tidak lagi mendapat kesempatan memperoleh beasiswa. "Mereka merupakan harapan untuk kemajuan negara ini," imbuh al-Oud.
Profesor Ekonomi, Universitas Prince, Riyadh, Hamza al-Salem, juga menyatakan keberatannya. Namun, ia mengakui bahwa ada sejumlah mahasiswa yang gagal mencapai prestasi terbaik saat dikirim ke luar negeri.
Salem menjelaskan univeritas-universitas tempat mahasiswa Arab Saudi belajar sangat ketat memberlakukan standar akademis. Jadi, sulit bagi mahasiswa untuk menyia-nyiakan kesempatan untuk bermain-main.
"Itulah mengapa sangat penting untuk mengirim mahasiswa kita ke luar negeri. Harapanya, memastikan mereka tetap berkomitmen untuk belajar," kata dia menegaskan.
Salem mengatakan bagi mahasiswa Arab Saudi yang belajar di sebuah Universitas yang tidak bergengsi maka ada kesempatan mahasiswa terlibat dalam kegiatan negatif seperti minum atau merokok.