Selasa 07 Feb 2012 14:37 WIB

Kimia Kebahagiaan Al-Ghazali: Pengetahuan tentang Tuhan (1)

Tauhid (ilustrasi)
Foto: Blogspot.com
Tauhid (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah hadits Nabi SAW yang terkenal berbunyi, "Dia yang mengenal dirinya, mengenal Allah."

Artinya, dengan merenungkan wujud dan sifat-sifatnya, manusia sampai pada sebagian pengetahuan tentang Tuhan. Tetapi karena banyak orang yang merenungkan dirinya tidak juga menemui Tuhan, berarti bahwa tentulah ada cara-cara tersendiri untuk melakukan hal tersebut.

Kenyataannya, ada dua metode untuk bisa sampai pada pengetahuan ini. Salah satu di antaranya sedemikian musykil sehingga tidak bisa dicerna dengan kecerdasan biasa dan karenanya lebih baik tidak dijelaskan.

Metode yang lain adalah sebagai berikut. Jika seorang manusia merenungkan dirinya, ia akan tahu bahwa sebelumnya ia tidak ada, sebagaimana tertulis di dalam Alquran, "Tidakkah manusia tahu bahwa sebelumnya ia bukan apa-apa?"

Selanjutnya, ia ketahui bahwa ia terbuat dari satu tetes air yang tidak mengandung intelek, pendengaran, kepala, tangan, kaki dan sebagainya. Dari sini jelaslah bahwa, setinggi apa pun tingkat kesempurnaannya, ia tidak menciptakan dirinya dan tidak pula ia mampu mencipta seutas rambut sekalipun.

Betapa sangat tak berdayanya ia pada waktu ia baru hanya berupa setetes air itu! Jika semua orang pandai dari seluruh dunia dikumpulkan dan hidup mereka diperpanjang sampai waktu yang tidak terbatas, tidak akan bisa mereka hasilkan perbaikan apa pun atas satu bagian saja dari jasad manusia.

Misalnya, pada penyesuaian geligi depan dan samping pada pengunyahan makanan, serta pada lidah, kelenjar-kelenjar air liur dan kerongkongan untuk penelanannya, kita dapati peralatan-peralatan yang tidak bisa dibuat lebih baik lagi.

Demikian pula seseorang yang merenungkan tangan dengan lima jari-jarinya yang tidak sama panjang-empat di antaranya dengan tiga persendian dan jempol yang hanya mempunyai dua-serta dengan cara bagaimana ia bisa dipergunakan untuk mencekal, menjinjing atau memukul, secara terus terang akan mengakui bahwa tidak akan mungkin kebijakan manusia bisa membuatnya lebih baik lagi dengan mengubah jumlah dan aturan jari-jari tersebut, atau dengan jalan lain apa pun.

Jika seorang manusia lebih lanjut memikirkan bagaimana beragam keinginannya akan makanan, penginapan dan lain sebagainya, pemenuhannya begitu banyak disodorkan dari gudang penciptaan. Ia pun menjadi sadar, bahwa rahmat Allah adalah sebesar kekuasaan dan kebijakan-Nya, sebagaimana Ia sendiri berfirman, "Rahmat-Ku lebih luas dari kutukan-Ku."

Dan menurut hadits Nabi SAW, Allah lebih lembut penciptaan dirinya sendiri, manusia menjadi tahu akan kemaujudan Tuhan. Dari kerangka tubuhnya yang menakjubkan ia mengetahui kekuasaan dan kebijakan Allah. Dan lewat karunia yang berlimpah untuk memenuhi berbagai kebutuhannya, ia mengetahui kecintaan Allah. Dengan cara ini pengetahuan tentang diri menjadi kunci bagi pengetahuan tentang Allah.

sumber : Kimyatusy Sya'adah (The Alchemy of Happiness) Al-Ghazali, terjemahan Haidar Bagir
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement