REPUBLIKA.CO.ID, Manzilah i'tisham (berpegang teguh) misalnya, merujuk pada ayat "wa'tashimu bi hablillahi jami'a wa la tafarraqu." "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai." (QS Ali 'Imran: 103).
Manzilah firar (lari) mengacu pada ayat "fafirru ilallahi inni lakum minhu nadzirun mubin." "Maka segeralah lari atau kembali kepada (menaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu." (QS Adz-Dzariyat: 50).
Demikian pula dengan maqam ikhbat (ketundukan hati), yang melandaskannya pada serangkaian ayat-ayat di dalam Alquran, baik dalam bentuk kata akhbatu, tukhbitu, atau mukhbitin. Di dalam surat Al-Hajj ayat 34 misalnya, Allah berfirman, "wa basysyiril mukhbitin." "Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)."
Yang tidak kalah menariknya juga adalah penggunaan angka "tiga". Bukan hanya dalam pembagian peringkat yang digulirkan oleh Al-Harawi dari setiap persinggahan yang didaki oleh para pejalan Ilahi itu, setiap manzilah tersebut selalu dibaginya dalam tiga peringkat (kecuali pada maqam shahwu (kesadaran), tapi juga dalam banyak hal. Maka, kata-kata seperti tsalatsu darajat (tiga peringkat), tsalatsatu asy-ya' (tiga faktor), rutabun tsalatsun (peringkat yang tiga) selalu berkelabatan dalam lembar demi lembar buku ini.
Di samping memiliki cita rasa yang indah, karya yang dituangkan dalam bentuk puisi juga biasanya sedikit kata, namun sarat makna. Hal ini meniscayakan adanya kerumitan pula dalam memahaminya karena satu kata atau bait dari sang penggubah menelorkan banyak makna pada diri pembaca. Maka, di sinilah jasa besar yang sudah disumbangkan oleh para pembuat syarah (karya komentar atau penjelas).
Sebagaimana dalam tradisi penulisan kitab berbahasa Arab yang kerap kali diiringi oleh sejumlah syarah, demikian pula dengan kitab Manazilus Sa'irin ini. Maka Afifuddin Sulaiman bin Ali At-Tilmitsani menulis kitab berjudul Manazilus Sa'irin ilal Haqqil Mubin dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah merangkai kitab Madarijus Salikin baina Manazili "Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in".
Melalui karya terakhir inilah agaknya publik di Indonesia bisa menikmati butir-butir pemikiran tasawuf dari seorang Syekh Al-Harawi. Dan dari karya syarah ini juga tersimbul keberkahan ilmunya karena dari naskah yang semula hanya berkisar 100-an halaman, bisa menginspirasi Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah hingga membuahkan karya sebanyak tiga jilid buku besar dengan total halaman 1.500-an lebih.