Selasa 14 Feb 2012 21:32 WIB

Hujjatul Islam: Ibnu Katsir, Guru Umat dan Suluh Penguasa (2)

Kitab Tafsir Ibnu Katsir (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Kitab Tafsir Ibnu Katsir (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Sejumlah orang dekatnya, termasuk para ulama, memuji keilmuan dan ketokohan Ibnu Katsir.

Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, ''Ia telah menyibukkan diri dengan hadits, banyak menelaah matan-matan hadits dan para perawinya. Ia sering menyampaikan ceramah, berlaku sopan dalam senda gurau, banyak menghasilkan karya, dan banyak orang yang mengambil manfaat darinya. Ia tergolong ahli hadits yang menguasai ilmu fikih.''

''Ibnu Katsir adalah seorang pemimpin keagamaan yang banyak membaca tasbih dan tahlil. Dia juga seorang pemuka para ahli tafsir,'' kata Ibnu Habib, salah seorang muridnya.

Komentar-komentar tersebut tentunya didasarkan pada kepribadian dan karya sang ulama. Ibnu Katsir telah melahirkan banyak karya monumental. Dan secara moral, ia punya komitmen tinggi pada sifat-sifat luhur seperti yang umumnya dimiliki oleh para ulama besar.

Orang-orang dekat Ibnu Katsir tahu, ulama yang satu ini banyak berdzikir, sangat takwa, sabar, zuhud, dan rendah hati. Dan mampu menyeimbangkan kualitas ilmu dan amalnya. Dengan modal tersebut, tak heran bila Ibnu Katsir menjelma menjadi sosok ulama agung yang sangat diperhitungkan dalam percaturan keilmuan Islam.

Sederhana dan Tawadhu

Meskipun dikenal sebagai ulama besar, Ibnu Katsir diketahui hidup dalam kesederhanaan dalam jangka waktu yang cukup lama. Sampai kemudian pada 741 H ia mulai dipercaya oleh Gubernur Suriah, Altunbuga An-Nasiri, menduduki jabatan penting.

Ensiklopedi Islam mencatat Ibnu Katsir dipercaya menggantikan gurunya, Adz-Dzahabi, sebagai guru besar bidang hadits di sekolah Turba Umm Salib pada 748 H. Pada 756 H (1355 M), ia dipercaya menduduki jabatan kepala sekolah ilmu hadits bernama Dar Al-Hadis Al-Asyrafiyah, menggantikan Hakim Taqiyuddin as-Subhi. Dan sekitar 10 tahun kemudian, Ibnu Katsir diangkat menjadi guru besar ilmu tafsir di Masjid Umayyah Damaskus.

Jabatan yang diembannya itu menuntut Ibnu Katsir aktif merespons berbagai perkembangan sosial, politik, dan ekonomi dari sudut pandang hukum Islam. Tak jarang para penguasa berkonsultasi seputar masalah-masalah hukum dan politik kepadanya. Ia diminta mengeluarkan fatwa tentang penetapan undang-undang anti-korupsi, rekonsiliasi antara dua kubu yang bertikai, sampai pada jihad di medan perang.

Oleh karena itu, ia menulis banyak buku tentang hukum fikih, untuk dijadikan tuntunan bagi pemerintah dan umat Islam dalam bertindak sesuai ajaran Islam. Karya Ibnu Katsir di bidang fikih yang paling penting adalah Al-Ijtihad fi Thalab Al-Jihad (Ijtihad dalam Memenuhi Kebutuhan Jihad).

Banyak pengamat menilai, ijtihad hukum Ibnu Katsir sangat dipengaruhi oleh gurunya yang paling ia kagumi, yaitu Ibnu Taimiyah. Berkenaan dengan masalah hukum jihad, misalnya, dirinya banyak memperoleh inspirasi dari kitab Ibnu Taimiyah berjudul As-Siyasah Al-Syar'iyyah (Politik Hukum).

sumber : Pusat Data Republika
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement