REPUBLIKA.CO.ID, "Aku membaca Alquran dengan satu mata yang terus mengamati pintu, kalau-kalau salah seorang biarawan melihatku," katanya.
"Aku juga sholat secara sembunyi-sembunyi, karena tentu mereka tidak bisa menerima keislamanku." Potongan ayat surah al-Hadid ayat 27 kemudian membuatnya sadar bahwa ia harus keluar dari biara.
Keputusan itu menjadi satu hal yang sulit diambil Bonner mengingat ia telah tinggal di sana selama sepuluh tahun. "Para pendeta dan biarawan di sana sudah seperti saudaraku," katanya. Namun ia yakin keputusan itu harus diambilnya. Ia juga berhenti bermain musik di pub yang cukup lama menjadi salah satu kegiatannya.
Semuanya tidak serta merta menjadi mudah sejak itu, dan Bonner justru mengalami sebaliknya. Perubahan drastis dalam hidupnya membuatnya labil. "Dalam bulan-bulan pertama, ada banyak sekali godaan untuk kembali ke kehidupan lamaku. Tapi setelah merasakan kebenaran, rasanya tidak ada alasan untuk kembali hidup dalam kebohongan, senyaman apapun kehidupan itu," katanya.
Bonner bersyukur, semua tak sesulit yang ditakutkannya, dan ia merasa Allah memberinya kekuatan untuk berjuang meninggalkan masa lalunya dan memulai kehidupan baru.
"Ada banyak tantangan sulit di sepanjang jalan yang kulalui, tapi ada banyak juga hal-hal menakjubkan," ujarnya seraya kembali ber-tahmid.
Dengan rahmat Allah, kata Bonner, ia akhirnya dapat bekerja di ladang dakwah, dengan bantuan sejumlah Muslim dari Islamic Education and Research Academy (iERA) yang didirikan oleh seorang mualaf Inggris, Yusuf Chambers. Melalui institusi tersebut, Bonner bisa membantu dan mendukung para mualaf, dan ia mengaku senang dengan itu.
"Allah subhanahu wa ta'ala telah memberkatiku dengan berbagai cara," katanya.
Permasalahan dan tantangan terus mengiringi kehidupan Bonner yang mengubah namanya menjadi Yusuf Abdullah Bonner. Terkadang, katanya, tantangan itu begitu membingungkannya.
"Tapi aku bisa mempertahankan sebuah pengetahuan dasar bahwa, Alhamdulillah, telah membimbingku pada Islam. Selebihnya adalah persoalan nomor dua," katanya.
"Perhatian dan kesibukanku sekarang adalah untuk mereka yang belum berislam, dan mereka yang baru mendapat hidayah untuk memeluk Islam," kata aktivis dakwah yang menikahi wanita Kroasia bernama Sakinah.
"Ada banyak kekuatan dan dorongan yang terus menggoda kita untuk menjauh dari kebenaran. Untuk itu kita harus 'berpegang erat kepada tali (agama) Allah, dan tidak saling bercerai-berai'," ujarnya sambil mengintisarikan sebagian ayat ke-103 surah Ali 'Imron.