Senin 20 Feb 2012 23:20 WIB

Hujjatul Islam: Al-Farabi, Pemikir Besar Muslim Abad Pertengahan (2)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Al-Farabi (ilustrasi).
Foto: kaznu.kz
Al-Farabi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Dia sempat menjadi seorang qadhi (hakim). Setelah melepaskan jabatan tersebut, Al-Farabi hijrah ke Merv untuk mendalami logika Aristotelian serta filsafat.

Guru utama filsafatnya adalah Yuhanna ibnu Hailan, seorang Kristen. Dari Ibnu Hailan-lah dia mulai bisa membaca teks-teks dasar logika Aristotelian, termasuk Analitica Posteriora yang belum pernah dipelajari seorang Muslim pun sebelumnya.

Beberapa tahun sebelum kitab-kitab Aristoteles diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Al-Farabi telah menguasai bahasa Syria dan Yunani. Pada 901 M, bersama sang guru, Al-Farabi memutuskan untuk hijrah ke Baghdad yang saat itu menjadi kota metropolis intelektual pada abad pertengahan.

Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Muktafi (902-908 M) dan awal pemerintahan Khalifah Al-Muqtadir (908-932 M), Al-Farabi sempat pula pergi ke Konstantinopel untuk memperdalam filsafat dan singgah di Harran.

Karya-Karyanya

Pada tahun 910 M, Al-Farabi kembali ke Baghdad. Di Negeri 1001 Malam itu, dia terus mengembangkan ketertarikannya untuk menggali dan mempelajari alam semesta dan manusia. Ketertarikannya pada dua hal itu membuatnya tertarik untuk menggali filsafat kuno terutama filsafat Plato dan Aristoteles. Selain itu, dia juga menghabiskan waktunya untuk mengajar dan menulis.

 

Akhir tahun 942 M, Al-Farabi hengkang dari Baghdad ke Halb (Aleppo), karena situasi politik yang memburuk. Selama dua tahun tinggal di Aleppo, pada siang hari Al-Farabi bekerja sebagai penjaga kebun. Sedangkan pada malam hari dia membaca dan menulis karya-karya filsafat.

Ia sempat pula hijrah ke Mesir dan kembali lagi ke Aleppo pada 949 M. Ketika tinggal di Damaskus untuk yang kedua kalinya, Al-Farabi mendapat perlindungan dari putra mahkota penguasa baru Syria, Saif Ad-Daulah.

Saif Ad-Daulah sangat terkesan dengan Al-Farabi karena kemampuannya dalam bidang filsafat, bakat musiknya serta penguasaannya atas berbagai bahasa. Menurut banyak sumber, ia menguasai 70 macam bahasa dunia.

Semasa hidupnya, Al-Farabi telah menulis sejumlah buku tentang logika, fisika, ilmu jiwa, metafisika, kimia, ilmu politik, musik, dan lain-lain. Yang terpenting di antara karya-karyanya ialah Agrad al-Kitab ma Ba'da at-Tabi'ah (Intisari Buku Metafisika), Al-Jam'u Baina Ra'yai al-Hakimaini (Mempertemukan Dua Pendapat Filsuf: Plato dan Aristoteles), 'Uyun al-Masa'il (Pokok-Pokok persoalan), Ara'u Ahl al-Madinah (Pikiran-Pikiran Penduduk Kota), dan Ihsa' al-'Ulum (Statistik Ilmu).

Kehidupan sufi yang dijalani Al-Farabi membuatnya tetap hidup sederhana dengan pikiran dan waktu yang tetap tercurah untuk karir filsafatnya. Ia tutup usia di Aleppo pada 970 M. Amir Saif Ad-Daulah kemudian membawa jenazahnya dan menguburkannya di Damaskus. Ia dimakamkan di pemakaman Bab As-Saghir yang terletak di dekat makam Muawiyah, yang merupakan pendiri dinasti Umayyah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement