REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- PBB mengimbau agar Federasi Sepakbola Internasional (FIFA) membatalkan larangan mengenakan jilbab bagi muslimah. "Ini merupakan kesempatan bagi perempuan muslim yang memiliki kemampuan luar biasa untuk menunjukkan bahwa pemakaian jilbab bukanlah halangan untuk unggul dalam kehidupan dan olahraga," kata Penasihat Khusus Sekretaris Jenderal PBB, Wilfried Lemke, dalam suratnya kepada Presiden FIFA Sepp Blatte, Kamis (1/3).
Pencabutan larangan memakai jilbab, menurut Lemke, seperti diberitakan Onislam, akan memberikan kontribusi dalam menantang stereotip gender dan membawa perubahan dalam mentalitas. FIFA telah mengumumkan rencananya melarang pemakaian jilbab dan simbol keagamaan lainnya selama pelaksanaan Olimpiade 2012. Namun, larangan tersebut akan ditinjau oleh Dewan Asosiasi Sepakbola Internasional (IFAB) yang bertemu di Inggris pada Sabtu, 3 Maret 2012.
IFAB didirikan pada 1886 dan anggotanya terdiri dari empat anggota FIFA dan empat asosiasi dari Inggris. IFAB adalah organisasi yang memiliki kewenangan hukum untuk mengubah aturan berpakaian dalam tim sepakbola. Wakil Presiden FIFA Pangeran Ali Bin Al-Hussein dari Yordania akan mengajukan rencana pemakaian jilbab desain khusus untuk olahraga. Olahraga seperti rugby dan taekwondo mengizinkan perempuan muslim untuk mengenakan jilbab tersebut dalam kompetisi.
Tahun lalu, tim sepakbola perempuan Iran dilarang mengikuti babak ke dua pertandingan kualifikasi melawan Yordania karena menolak melepaskan jilbab. Akibatnya, mereka harus mengubur impian lolos ke Olimpiade London.
Lemke berharap masalah ini dapat diselesaikan dengan mempertimbangkan aturan dalam sepakbola dan budaya. Ia juga mendorong agar tidak ada diskriminasi dalam sepakbola terhadap perempuan. "Setiap atlet perempuan memiliki kebebasan untuk memutuskan apakah ingin mengenakan jilbab atau tidak," ujar Lemke.