REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lingkaran Survey Indonesia (LSI) menilai masyarakat desa paling banyak menolak kenaikan BBM. Survei menunjukkan, 89,20 persen masyarakat desa menolak kenaikan BBM. Sedangkan masyarakat kota hanya 77,91 persen.
"Sangatlah salah jika beranggapan masyarakat kota yang paling banyak menolak kebijakan ini," papar peneliti LSI, Adjie Alfaraby, di Jakarta, Ahad (11/3).
Sebabnya, menurut Adjie, masyarakat desa yang paling banyak merasakan dampak kenaikan BBM. Masyarakat di Wilayah Indonesia Tengah dan Timur misalnya, harga BBM ketika tidak naik saja, sudah diatas normal. "Apalagi dinaikkan, tentu semakin terasa lebih mahal," imbuhnya.
Belum lagi harga kebutuhan hidup, tentu akan semakin melambung dengan semakin dinaikkannya harga BBM.