REPUBLIKA.CO.ID, Pada pertempuran itu, saudara kandungnya, Hamzah, gugur sebagai syuhada. Shafiyyah menerima kabar duka itu dengan penuh kesabaran, ketabahan, dan ketegaran.
Sungguh, ia telah menjadi teladan bagi Muslimah lainnya dalam menghadapi musibah.
Ia mengisahkan sendiri kepada kita apa yang disaksikannya, ''Pada hari terbunuhnya Hamzah, Zubair menemuiku dan berkata, ‘Wahai ibunda, sesungguhnya Rasulullah SAW menyuruh engkau agar kembali," tutur Syafiyyah.
Syafiyyah menjawab, "Mengapa? Sungguh telah sampai kepadaku tentang dicincangnya saudaraku, namun dia syahid karena Allah. Kami sangat ridha dengan apa yang telah terjadi, sungguh aku akan bersabar dan tabah insya Allah."
Setelah Zubair memberitahukan kepada Rasulullah SAW tentang pernyataan Shafiyyah, beliau bersabda, ''Berilah jalan baginya...!''
Maka Shafiyyah mendapatkan Hamzah. Dan tatkala melihat jasad saudaranya, ia hanya berujar, "Inna Lillahi wa inna ilaihi raji’un." Kemudian Shafiyyah memohon ampunan bagi Hamzah. Setelah itu, Rasulullah SAW memerintahkan untuk menguburnya.
Kepahlawanan Shafiyyah sebagai seorang mujahidah tampak pada Perang Khandaq, saat pasukan Yahudi mencoba menyerang tempat kaum wanita. Ketika itu para Muslimah dan anak-anak berada dalam sebuah benteng. Di sana ada juga Hassan bin Tsabit RA.
Ketika ada orang Yahudi mengelilingi benteng, sedangkan kaum Muslimin sedang menghadapi musuh, maka Shafiyyah langsung bangkit dan kemudian turun dari benteng. Ia menunggu kesempatan lengahnya orang Yahudi tersebut dan lalu memukulnya tepat pada ubun-ubun secara bertubi-tubi hingga dapat membunuhnya.
Sungguh pada diri Syafiyyah terdapat teladan bagi para Muslimah.