Sabtu 07 Jun 2025 05:42 WIB

Hikmah Ibadah Kurban

Kurban menjadi bukti ketakwaan seseorang kepada Allah Ta'ala.

ILUSTRASI Hewan kurban
Foto: pxhere
ILUSTRASI Hewan kurban

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Secara kebahasaan, kurban berasal dari kata qurb yang berarti ‘dekat’ atau qurban yakni ‘kesempurnaan.’ Makna kurban, dengan demikian, ialah ‘kedekatan yang sempurna.’

Dalam Alquran, tiga kali kata qurban disebut, yaitu pada surah Ali Imran ayat 183, al-Maidah ayat 27, dan al-Ahqaf ayat 28. Secara istilah, kurban adalah penyembelihan hewan tertentu yang dilakukan pada Idul Adha dan tiga hari sesudahnya (hari tasyrik), yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Baca Juga

Ekspresi syukur

Di antara pelbagai hikmah berkurban adalah tanda kesyukuran. Kurban yang dilakukan seorang insan dengan niat tulus ikhlas mengharapkan ridha-Nya merupakan bukti nyata ekspresi syukur. Allah berfirman dalam surah al-Hajj ayat 37, artinya, “Supaya mereka menyebut nama Allah atas apa yang Allah karuniakan kepada mereka berupa binatang ternak.”

Surah al-Kautsar juga menekankan makna berkurban sebagai bentuk rasa syukur kepada Rabb semesta alam. Ayat kedua surah tersebut mengisyaratkan bahwa kurban sejajar dengan shalat. Saat menunaikan shalat, seorang Muslim mensyukuri segala nikmat-Nya. Sementara itu, kurban pun menjadi simbolisasi ungkapan terima kasih manusia kepada Allah Ta’ala.

Pengorbanan

Surah al-Kautsar memberikan perenungan bahwa di balik penderitaan, ada nikmat tersembunyi. Secara lahiriah, manusia mungkin hanya melihat penderitaan sebagai cobaan atau bahkan siksaan. Padahal, kekuatan yang besar dapat muncul bila seseorang sanggup menghadapinya dengan tulus dan sabar.

Hari Raya Idul Kurban pun merupakan simbol pengorbanan. Simaklah dialog Nabi Ibrahim AS kepada putranya, Nabi Ismail AS, usai dirinya menerima wahyu melalui mimpi.

“Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?” “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS al-Shaffat:102).

Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah Nabi Ibrahim bersama anak dan istrinya itu ialah soal pengorbanan demi mencapai ridha Allah SWT.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement