REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Kolumnis Inggris, Marium Sattar merasa terkejut dengan pernyataan Muslim Inggris generasi kedua. Pemuda Muslim itu menyatakan dirinya tidak merasa bagian dari Inggris.
Mattar mengatakan faktor identitas sebagai imigran membuat mereka bersikap rendah diri. Kondisi itu diperkuat dengan perlakuan terhadap mereka saat berada di ruang publik.
"Memang ada usaha untuk menjembatani itu, salah satunya melalui organisasi akar rumput yang mampu menyediakan ruang yang aman untuk dialog," kata Mattar seperti dikutip arabnews.com, Jum'at (16/3).
Mattar menjelaskan dari data statistik diketahui bahwa profil usia Muslim Inggris didominasi kalangan muda. Fakta itu mengindikasikan isu budaya dan identitas Muslim muda Inggris menjadi sangat penting. Sensus tahun 2001 silam diketahui bahwa sepertiga umat Islam berada di bawah usia 16 tahun. Tiga perempat diantaranya merupakan etnis Asia.
Pendiri Jawwab, Organisasi pemuda Muslim Pakistan, Rizwan Hussain mengatakan tidak semua pemuda Muslim mampu menjelaskan mengapa ia bangga menjadi orang Inggris. Kebanyakan dari mereka justru menjawabnya dengan penjelasan yang dangkal seperti Inggris negeri yang selalu diterpa hujan, laut inggris kaya akan ikan atau tradisi teh Inggris cukup menganggumkan.
"Sebabnya, kami melalui platform multimedia dalam kampanye 'The Truth Blind' coba untuk mengajak para pemuda untuk berbagi keprihatinan mereka tentang keadaan Inggris," papar Rizwam.
Melalui proyek ini, kata Rizwan, para pemuda akan memiliki tempat dimana mereka dapat mengekspresikan diri melalui bergaam proyek. Mereja juga dapat mengekplotaso topik tabu seperti ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan atau konflik budaya lin dalam masyarakat. "Lebih banyak Muslim muda memperoleh ruang mereka akan nyaman bersosialiusasi dan terlibat dalam dialog," katanya.
Mattar mengungkap apa yang dilakukan Jawaab sebenarnya telah ditangani oleh pemerintah inggris. Pada tahun 2007 silam, pemerintah Inggris meluncurkan sebuah kampanye yang merangkul pemuda Muslim guna mempromosikan integrasi. Namun, hal itu belum cukup lantaran para pemuda juga membutuhkan dukungan dari organisasi akar rumput, rekan-rekan dan orang tua.