REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di masa lalu, Islam menyebar ke seluruh Nusantara dengan tidak mengabaikan peran kreativitas. Sebagai contoh saja, bagaimana para Wali Songo memanfaatkan budaya setempat untuk menjadi jembatan menuju Islam.
"Wali menggunakan berbagai lini khususnya budaya. Oleh wali, wayang diberikan muatan Islami. Masyarakat pun lebih mudah memahami Islam begitu baik. Secara luar biasa, Islam diterima masyarakat Jawa pada masa itu," ungkap Penggiat Dakwah, Tengku Zulkarnain, saat berbincang dengan Republika.co.id, Selasa (27/3).
Menurut Tengku, Nabi Muhammad SAW sendiri saat berdakwah tidak pernah menghancurkan budaya. Tapi, Rasul menyempurnakan budaya. Sebab dengan budaya, masyarakat secara berangsur-angsur dapat menerima Islam.
"Untuk konteks kekinian, polanya sama saja. Kan, kita tidak perlu mengubah budaya setiap orang. Contoh, kalau ia pemusik, apakah mungkin ketika masuk Islam ia harus berhenti bermusik. Dia tetap bermusik asal jangan mabuk dan lainnya," ujarnya.
Saat ditanya bagaimana menumbuhkan kreativitas itu, Tengku mengatakan ada lima hal yang perlu diperhatikan. Pertama, beri contoh yang baik lewat tutur kata dan perilaku. Lalu, tegas dalam agama dan mengamalkan agama.
Kedua, ajak orang dengan kata-kata yang baik. Perkataan tanpa contoh itu percuma. ''Ketiga beri ilmu. Kenapa harus shalat. Jawaban inilah yang disebut ilmu,'' katanya.
Keempat adalah sedekah. Untuk menundukkan hati seseorang, itu dapat dilakukan dengan sedekah. ''Kalau kita lakukan setiap hari, maka ia akan masuk Islam'' kata Tengku. ''Ya, minimal ia tidak menjelek-jelekan Islam lagi.''
Kelima atau terakhir adalah do'a. Umar Bin Khattab masuk Islam karena do'a. "Jadi, inilah prinsip Nabi dalam berdakwah. Kalau kita terapkan ini, Insya Allah banyak individu yang memeluk Islam," pungkasnya.