REPUBLIKA.CO.ID, TIMBUKTU--Perang saudara di Mali tidak hanya mengancam keselamatan warga sipil. Lebih dari itu, peninggalan peradaban Islam di Timbuktu pun turut terancam.
Saat ini, posisi pemberontak tengah memasuki Utara Timbuktu. Tak lama, mereka bakal sampai di situs yang menyimpan ribuan manuskrip kuno tersebut. "Kami telah bekerja keras untuk melestarikan manuskrip kuno selama berabad-abad," ungkap Kepala Institut Penelitian Dasar Afrika (Ifan), Hamady Bocoum, seperti dikutip onislam.net, Kamis (5/4).
Sebabnya, Hamady memperingatkan agar semua pihak yang bertikai untuk segera berdamai. Kalau tidak demikian, Mali bakal kehilangan warisan tak ternilai. "Ada resiko serius. Hal ini tentu harus diperhatikan," katanya.
Timbuktu di masa lalu, merupakan pusat peradaan Islam di Afrika. Kota ini merupakan rute tua perdagangan melalui di kawasan Sahara. Berkat posisinya yang demikian strategis, Timbuktumenjadi kota besar dan megah.
Di kota ini pula, lahir sejumlah cendikiawan, ulama dan peneliti ternama. Mereka selanjutnya mengembangkan ilmu sejarah, astronomi, musik, botani dan anatomi. Kini, sisa-sisa kejayaan ini bakal terancam. Pertikaian politik merupakan penyebabnya.
"Timbuktu merupakan kota dengan beragam bangunan yang luar biasa. Masjid Djingareyber, Sankore, dan Sidi Yahia merupakan bangunan yang harus di jaga. Peninggalan ini juga warisan dunia," komentar Direktur Jenderal Badan Organisasi PBB untuk masalah Pendidikan dan Kebudayaan (UNESCO) Irina Bokova.
Hamady menambahkan apabila peninggalan itu tidak dilindungi maka para pemberontak mungkin akan menjualnya secara ilegal atau lebih parah lagi dihancurkan. "Apa yang telah kami usahakan harus tetap berlanjut. Jika tidak warisan ini akan musnah," ungkapnya.