Selasa 10 Apr 2012 11:10 WIB

Kilau Baghdad di Era Abbasiyah (3)

Rep: Ali Ridho/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi ilmuwan Muslim saat mengembangkan sains dan teknologi pada era Dinasti Abbasiyah di Baghdad.
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi ilmuwan Muslim saat mengembangkan sains dan teknologi pada era Dinasti Abbasiyah di Baghdad.

REPUBLIKA.CO.ID, "Innama ana sulthan Allah fi al-ardhi (Sesungguhnya aku adalah kekuasaan Tuhan di muka bumi)," begitu kata Abu Ja'far Al-Manshur (754-775 M) tatkala dinobatkan sebagai khalifah kedua Dinasti Abbasiyah.

Muawiyah, khalifah pertama Dinasti Umawiyah, pernah melontarkan pernyataan serupa. Setelah mengalahkan Ali bin Abi Thalib, Muawiyah mendirikan Dinasti Umayyah dan berkata, "Aku adalah khalifah Allah di muka bumi."

Itulah sebabnya seorang raja atau sultan Islam masih disebut "khalifah" meskipun pemerintahannya berbentuk monarki (kerajaan).

Ketika Muawiyah mendeklarasikan diri sebagai khalifah Allah dan mengangkat Yazid (putranya) menjadi putra mahkota, langsung tumbuh gerakan oposisi di kalangan rakyat. Mereka mengobarkan api perlawanan yang berkelanjutan. Kelompok oposisi dari kalangan Arab bernama Mawali dan dari Persia bernama Syiah.

Risiko yang sama juga dihadapi Al-Manshur. Seperti halnya Muawiyah, ia menjadikan khalifah sebagai jabatan yang turun-temurun. Perlawanan rakyat pun meledak di mana-mana.

Badri Yatim dalam Sejarah Peradaban Islam menyebutkan, pada Periode Awal, Dinasti Abbasiyah mendapatkan banyak sekali gangguan terhadap stabilitas pemerintahan. Tapi, itu semua berhasil dipatahkan. Justru popularitas dinasti ini meningkat ketika dipimpin oleh Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dan putranya, Al-Ma'mun (813-833). Tapi, bagaimana setelah kedua khalifah itu mangkat?

Menurut Badri Yatim, meningkatnya popularitas Dinasti Abbasiyah karena Harun Ar-Rasyid dan Al-Ma'mun berhasil membangun peradaban Islam dengan gemilang. Keduanya mencintai ilmu pengetahun dan kebudayaan. Sehingga pada masa itu, Baghdad menjadi pusat budaya dan ilmu pengetahuan yang tiada bandingnya.

Akan tetapi, lanjut Badri Yatim, masalah keamanan di provinsi-provinsi luar Baghdad dan perluasan wilayah kurang diperhatikan. Itu kontras dengan Dinasti Umayyah. Ketika itu, Dinasti Umayyah berhasil memperluas wilayah hingga ke India bagian timur dan Spanyol bagian barat.

Di wilayah timur, Dinasti Umawiyyah menguasai Khurasan, Afghanistan, sampai ke Punjab. Di wilayah Barat, menaklukkan Aljazair, Maroko, dan menyeberang ke Kordova, Seville, Evilla, dan Toledo di Spanyol. Bahkan, pada zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz, pasukan Dinasti Umayyah yang dipimpin oleh Abdur Rahman bin Abdullah Al-Ghafiqi masuk ke Prancis melalui pegunungan Piranee. Mereka mencoba menaklukkan Bordeau dan Poitiers, tetapi gagal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement