REPUBLIKA.CO.ID, Pada zaman Rasulullah SAW, tidak hanya kaum Adam yang angkat senjata berperang melawan kaum musyrikin. Ada seorang shabiyah yang dikenal bersemangat berjihad ke medan perang demi menegakkan Islam.
Perempuan tersebut bernama Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz bin Afra Al Ansyariyah. Keberanian Rubayyi’ menjadikan sosok perempuan ini dikenal memiliki ghirah yang kuat maju ke medan perang bersama Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Ibnu Katsir berkata mengenai Ar-Rubayyi’, "Dia berangkat bersama Rasulullah SAW untuk mengikuti berbagai peperangan guna mengobati para mujahidin yang terluka, dan memberi minuman bagi mereka yang kehausan, serta membawa yang luka ke Madinah."
Ketika situasi menuntutnya untuk tampil ke tengah medan pertempuran, Rubayyi’ tidak segan segera turun. Dia menempatkan diri bergabung dengan pasukan berkuda yang gagah berani menangkis serangan musuh.
Hadist Bukhari mengkisahkan keikutsertaan Rubayyi’ dalam peperangan bersama Rasulullah SAW. Namun, tidak ada riwayat lebih jelas lagi bagaimana mujahidah Rubayyi’ ini selama berada di medan perang.
Beberapa literatur hanya menceritakan Rubayyi’ sebagai perempuan mulia yang memiliki keberanian. Maksud keberanian di sini dalam konteks perlawanan terhadap kebatilan dan kemusyrikan.
Sifat pemberani ini mengalir dari ayahnya yang ikut saat Perang Badar, serta bergabung di tim membunuh Abu Jahal. Rasulullah mendoakan ayah Rubayyi’, "Semoga Allah memberi rahmat kepada kedua anak Afra yang keduanya bergabung untuk membunuh Firaun umat ini (Abu Jahal)."
Keberanian Rubayyi’ dibuktikan ketika menantang ibu Abu Jahal. Diriwayatkan bahwa Ar-Rubayyi’ mengambil minyak wangi dari Asma binti Makhrabah, ibu Abu Jahal. Lalu Asma menanyakan nasab Ar-Rubayyi’. Lantas dia pun menyebutkan silsilah nasabnya.
Kemudian Asma berkata, "Engkau adalah anak perempuan dari seorang pembunuh tuannya (Abu Jahal)."
Dengan berani Rubayyi’ menjawab, "Aku adalah anak perempuan dari seorang pembunuh budaknya." Jawaban itu membuat Asma terdiam tidak berani meladeni keberanian Ar-Rubayyi’.