Rabu 18 Apr 2012 11:48 WIB

Ternyata Kakek Obama Pernah Disiksa Kerajaan Inggris

Rep: Amri Amrullah/ Red: Hafidz Muftisany
Obama dan Keluarga tirinya
Foto: wikipedia
Obama dan Keluarga tirinya

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Kerajaan Inggris merilis dokumen sejarah kelam  selama masa kolonial di daerah jajahannya di Timur Tengah, Semenanjung Malaya, Amerika hingga Afrika kepada publik, Rabu (18/4). Dan salah satu dokumen kolonial tersebut menyebutkan bahwa Inggris pernah menahan dan menyiksa kakek dari Presiden Amerika Serikat (AS) saat ini, Barack Obama, yaitu Hussein Onyango Obama di benua Afrika.

Dalam dokumen sejarah tersebut, Kakek Obama, Hussein Onyango Obama ditangkap oleh kerajaan Inggris di Kenya pada 1950-an. Kerajaan Inggris menuduh Hussein Obama melakukan pemberontakan Mau Mau atas kolonialisme Inggris di benua hitam Afrika. Catatan itu pun menjelaskan tindakan keras kerajaan Inggris, dimana sebagian pemberontak dieksekusi, disiksa dan ditahan.

Seorang Sejarawan dan Peneliti arsip kuno, Edward Hampshire mengatakan, memang ada alasan kuat untuk mecurigai adanya 'dokumen basah', dan masih banyak dokumen seperti ini. "Apa bahan ini mungkin akan memberikan warna baru bagi sejarah Inggris, walau perlu kedalaman melihat dokumen ini dan memerlukan para sejarawan untuk melihat kebenaran dokumen ini," ujar Hampshire yang dilansir dari Associated Press, Rabu (17/4).

Arsip sejarah Kerajaan Inggris tersebut menjelaskan secara ringkas dan lengkap, file orang, daftar informasi dan data sensus. Dokumen yang disebut dengan 'Arsip Bermigrasi' ini setidaknya menyebutkan 8.800 nama dalam catatan kolonial di berbagai wilayah jajahan.

Di Anguilla, Karibia, dokumen ini menjelaskan perencanaan militer terhadap para pemberontak Karibia. Di Malaya (Malaysia), dokumen ini menjelaskan tindakan subversif bagi gerilyawan komunis di era 1950an. Dan sebagian besar menjelaskan usaha Inggris memerangi pemberontakan Mau Mau di Kenya.

Pada 1960, Inggris menolak menyerahkan dokumen ini ke bekas negara jajahannya, dengan alasan ini adalah milik pemerintah Inggris. Namun belakangan karena banyaknya dokumen yang terabaikan, lebih dari 2000 kotak file, serta tekanan dari pihak luar. Membuat pemerintah Inggris harus membuka dokumen kelam di era kolonial ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement