REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG---Raksasa minyak Cina Sinopec dan Petrochina mengatakan, mereka terpukul kerugian penyulingan pada kuartal pertama, meskipun permintaan energi kuat dan harga minyak yang lebih tinggi.
Sinopec, penyuling terbesar di Asia, mengatakan, laba bersihnya anjlok 35 persen tahun ke tahun menjadi 13,41 miliar yuan (2,13 miliar dolar AS) untuk periode Januari-Maret, perusahaan yang tercatat di Hong Kong mengatakan dalam sebuah pernyataan, Kamis malam.
Pendapatannya naik 14 persen menjadi 671,4 miliar yuan, tetapi perusahaan mengatakan, divisi penyulingannya rugi 9,2 miliar yuan dalam kuartal pertama.
"Karena harga minyak mentah internasional di rekor tertinggi sejak krisis keuangan 2008 dan kontrol ketat dalam negeri atas harga produk sulingan, segmen penyulingan mencatat kerugian operasi serius," kata Sinopec.
Perusahaan milik negara PetroChina, yang juga tercatat di Hong Kong, mengatakan laba bersih pada kuartal pertama naik 5,8 persen menjadi 39,15 miliar yuan, dari 37,0 miliar yuan setahun sebelumnya.
Tetapi perusahaan, yang menyalip ExxonMobil sebagai produsen minyak terbesar di dunia yang diperdagangkan kepada publik pada bulan lalu, mengatakan bisnis penyulingan mencatat kerugian operasional 10,82 miliar yuan.
Harga minyak telah diperdagangkan sebagian besar di atas 100 dolar AS per barel dalam beberapa bulan terakhir, karena kekhawatiran atas ketegangan yang sedang berlangsung antara negara-negara Barat dan produsen minyak mentah utama Iran, sementara analis mengatakan kehausan China terhadap minyak kemungkinan akan tetap kuat.