REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT-- Sejumlah pria bersenjata melakukan serangan terhadap pasukan Suriah di sebuah unit militer pantai Mediterania Suriah, Sabtu (28/4). Serangan tersebut merupakan kali pertama dilancarkan lewat perairan selama pemberontakan terhadap Presiden Bashar al-Assad.
Secara terpisah, pembunuhan juga terjadi di dua wilayah dekat ibukota Damaskus. Sedikitnya 15 orang tewas dalam kekerasan tersebut. Situasi ini semakin memperkuat bahwa gencatan senjata yang ditengahi PBB harus dilakukan lebih ketat daripada sebelumnya.
Teman dekat Suriah, Rusia, bahkan mengkritik milisi anti-Assad yang melakukan serangan barbar guna menggagalkan gencatan senjata.
Kantor berita Suriah, SANA, melaporkan, beberapa tentara Suriah tewas dalam pertempuran yang terjadi setelah serangan di dekat pelabuhan utara Latakia, sekitar 35 kilometer dari Turki.
"Pertempuran mengakibatkan tewas dan terlukanya sejumlah personil militer. Sementara jumlah yang tewas dari pemberontak tidak diketahui karena mereka menyerang pada malam hari,"kata SANA. SANA juga tidak melaporkan kewarganegaraan dari para penyerang.
Sementara itu, Suriah menuduh Turki mengizinkan senjata dan dana mengalir ke pemberontak. Maklum, Turki ialah tuan rumah pertemuan oposisi Free Syrian Army (FSA).
Pemerintah Lebanon menemukan senjata termasuk granat roket dan senapan di kapal yang dirazia di Mediterania. Menurut sumber keamanan, kapal tersebut kemungkinan memasok senjata bagi oposisi Suriah.