REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Usianya memang sudah tak muda lagi, 33 tahun, tapi Didier Drogba masih menjadi salah satu 'pembunuh' terkejam di kotak penalti lawan. Sebagai seorang striker, Drogba memang menjadi salah satu momok bagi bek tim lawan. Lalu apa rahasia Drogba agar tetap tajam di usia yang terbilang senja untuk ukuran pesepakbola.
Ternyata, eh ternyata, kapten Timnas Pantai Gading itu belajar trik mengecoh lawan dari legenda Inggris dan Newcastle United, Alan Shearer.
Ya, sejak didatangkan Chelsea dari Olympique Marseille pada 2004, Drogba menjelma menjadi striker kelas wahid di kompetisi Liga Primer Inggris dan Eropa. Dan tentu saja menjadi mesin gol Chelsea. Berkat ketajamannya, the Blues berhasil mengangkat banyak tropi. Tengkok saja tiga gelar Liga Primer (2004–05, 2005–06, 2009–10), dua mahkota Piala Liga Inggris (2004–05, 2006–07), dua tropi Community Shield ( 2005, 2009) dan tiga gelar Piala FA (2006–07, 2008–09, 2009–10) selama Drogba memperkuat lini serang Chelsea.
Kini juru gedor kelahiran Abidjan, Pantai Gading itu sedang bersiap melakoni dua final bergengsi, final Piala FA kontra Liverpool dan final Liga Champions versus Bayern Munich. Dan tropi juara bakal menjadi kado terindah bomber yang bakal berulangtahun ke-34 pada 11 Maret mendatang itu.
Selain mengincar tropi bersama Chelsea, ia juga tengah mengincar rekor pribadi. Mantan penyerang Le Mans itu adalah satu-satunya pemain yang mencetak gol dalam enam laga final piala domestik Inggris, dan sudah melesakkan tujuh gol dalam sembilan pertandingan di Stadion Wembley. Uniknya, Drogba mengaku, gol-gol yang lahir dari teknik mengecoh bek lawan tersebut, ia dapatkan setelah mempelajari dari Shearer.
"Kami bermain melawan Newcastle pada tahun terakhir saya di Marseille, 2003 silam. Bek kami mengatakan sangatlah sulit menjaga Shearer dan saya harus belajar darinya," ungkap Drogba. Anda harus menyesuaikan diri dengan kondisi fisik permainan di sini. Saya pikir saya bisa melakukannya dengan baik."