REPUBLIKA.CO.ID, PESHAWAR, PAKISTAN - Ledakan bom kembar di kota baratlaut Pakistan Akora Khattak pada Rabu melukai sembilan orang termasuk polisi dan wartawan, kata polisi.
Dua bom meledak di makam pemimpin nasionalis Pashtun, Ajmal Khattak. Insiden itu menyebabkan kepanikan menyebar di kota itu, yang terletak 40 kilometer di timur Peshawar, ibu kota Provinsi Khyber Pakhtoonkhwa.
"Penyelidikan awal mengungkapkan bahwa tiga bom waktu telah ditanam di makam itu, yang meledak dengan ledakan besar tetapi tidak ada yang terluka," kata perwira polisi setempat Hayat Ullah kepada AFP.
Wartawan bergegas ke tempat ledakan untuk meliput kejadian tersebut dan saat mereka mengumpulkan rincian fakta kejadian dari polisi, ledakan kedua yang dikendalikan dengan remot kontrol terjadi.
"Ledakan kedua terjadi setelah lebih dari satu jam dari bom pertama, melukai lima polisi dan empat wartawan televisi lokal, "kata pejabat itu.
Seorang pejabat senior polisi setempat, Muhammad Hussain juga menegaskan insiden tersebut.
Tidak ada kelompok yang sejauh ini menyatakan bertanggung jawab atas serangan, tetapi Menteri Informasi di provinsi itu, Mian Iftikhar Hussain, mengatakan gerilyawan bertanggung jawab atas serangan yang menargetkan makam itu.
Pakistan baratlaut menderita ketidakamanan kronis, sebagian besar dikaitkan dengan sabuk suku semi-otonomi dekat Afghanistan, yang Washington sebut sebagai tempat paling berbahaya di Bumi dan kantor pusat global Al Qaida.
Pakistan telah memerangi gerilyawan setempat di daerah suku selama bertahun-tahun. Lebih dari 3.000 tentara tewas tetapi Pakistan menolak tekanan Amerika Serikat untuk melakukan lebih dari itu untuk melenyapkan tempat persembunyian gerilyawan yang memerangi tentara Amerika di Afghanistan.
Menurut hitungan AFP, sekitar 5.000 orang tewas dalam serangan gerilyawan di seluruh negara itu sejak Juli