REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Oktovianus Maniani mengaku siap menerima konsekuensi dari klubnya, Persiram Raja Ampat setelah dirinya memperkuat timnas senior, saat menantang Persiba di laga uji coba yang digelar Stadion Sultan Agung, Bantul, Jumat (11/5).
Striker berusia 22 tahun ini merupakan pemain kedua dari kompetisi Indonesia Super League (ISL) yang bergabung dengan Timnas Garuda yang dipersiapkan untuk Al Nakba International Tournament di Palestina, 13-23 Mei ini. Sebelumnya pemain Persipura, Titus Bonai yang telah bergabung dengan Timnas Garuda.
"Semuanya memang ada konsekuensinya. Jika klub akan menempuh upaya hukum kami juga siap," kata Okto saat dihubungi wartawan dari Jakarta.
Okto, demikian ia biasa disapa, menyatakan kehadirannya di pemusatan latihan di Yogyakarta ini adalah semata-mata demi membela Tanah Air pada pertandingan internasional. Okto mengaku dirinya datang bukan atas nama ISL ataupun Indonesia Premier League (IPL).
Ditanya apa tidak khawatir dengan ancaman Persiram yang akan memutuskan kontrak jika tetap memperkuat timnas, mantan pemain Persitara itu mengaku tidak mempermasalahkan. "Untuk masalah kontrak itu urusan manajer," kata mantan pemain Sriwijaya FC itu.
Langkah Okto memenuhi panggilan timnas cukup berliku dibandingkan sebelumnya. Alasannya, bukan karena kemampuannya yang menurun, tetapi karena ada larangan dari klub dimana bapak dua itu bernaung. Kondisi ini juga berlaku pada pemain ISL yang dipanggil timnas. Klub-klub dimana pemain bernaung semuanya melarang untuk bergabung dengan timnas senior yang saat ini ditangani Nil Maizar dan asisten pelatih Fabio Oliviera.
Sesuai dengan data yang dikeluarkan PSSI, pemain yang dipanggil untuk menjalani pemusatan latihan di Yogyakarta sebanyak 12 pemain, termasuk ikon Persija, Bambang Pamungkas. Masuknya Okto dan Tibo --sapaan akrab Titus Bonai-- membuat kekuatan timnas berubah. Pasalnya, selama ini timnas hanya diperkuat pemain IPL yang jam terbang pertandingan internasional belum banyak. Namun ada beberapa pemain yang cukup dikenal diantaranya Irfan Bachdim dan Markus Horison.