REPUBLIKA.CO.ID, MONTERREY - Pembantaian brutal yang diduga melibatkan dua kartel narkoba besar Meksiko kembali terjadi. Sebanyak 49 jenazah dengan kepala, tangan dan kaki terpisah ditemukan di pinggir jalan tol dekat perbatasan Texas, Ahad (13/5).
Pihak berwenang setempat dan federal menemukan mayat tersebut sebelum fajar. Jasad tersebut tersebar di lokasi dan dipenuhi genangan darah di perbatasan memasuki kota San Juan. Sebuah batu besar berwarna putih yang menyambut pengunjung di semprot dengan cat hitam bertuliskan '100 % Zeta'.
Juru Bicara Keamanan negara bagian Nuevo Leon, Jorge Domene, mengatakan pada konferensi berita bahwa akan sulit mengidentifikasi jasad 43 laki-laki dan enam perempuan tersebut. Jasad-jasad tersebut kini dibawa ke sebuah laboratorium di Monterrey untuk tes DNA.
Jaksa Agung negara bagian Adrian de la Garza mengatakan para korban diduga telah dibunuh dua hari yang lalu di lokasi lain. Kemudian, diangkut melintasi perbatasan ke San Juan. San Juan terletak di kotamadya Cadereyta, sekitar 105 mil (175 kilometer) barat daya dari McAllen, Texas.
Satu pasangan terlihat mengunjungi kamar jenazah di Monterrey dimana otopsi tengah berlangsung. Mereka mencari putri mereka yang hilang.
Penyidik polisi yang tidak mau disebutkan namanya tersebut mengatakan keenam mayat perempuan tersebut tidak ada yang sesuai dengan deskripsi anak mereka yang hilang. Menurutnya, beberapa jasad telah membusuk. Bahkan, ada juga yang seluruh lengan atau kaki hilang.
De la Garza mengatakan ia tidak mengesampingkan adanya kemungkinan korban adalah imigran yang akan pergi ke AS. Namun, kemungkinan yang lebih besar adalah pembunuhan itu bagian dari perang antargeng narkoba.
"Hal ini adalah tindakan paling definitif dari semua perang kartel," kata ahli keamanan dari Universitas Otonom Nasional Meksiko Raul Benitez Manaut.
Pembuangan tubuh dalam jumlah besar meningkat di Meksiko dalam enam bulan terakhir. Selama itu pula, perang kartel narkoba Zetas dengan Kartel Sinaloa yang dipimpin buronan Joaquin 'El Chapo' Guzman dan sekutunya terjadi.
Presiden Felipe Calderon selama hampir enam tahun terus melakukan perang terhadap kejahatan terorganisir, terutama dua kartel terbesar di Meksiko itu. Kedua kartel berperang karena memperebutkan rute transportasi narkoba yang strategis dan wilayah termasuk di sepanjang perbatasan utara dengan AS dan di negara bagian Teluk, Veracruz.